Scroll untuk baca artikel
Rupa

Penilaian Kebijakan Lingkungan Menurut Utilitarianisme

×

Penilaian Kebijakan Lingkungan Menurut Utilitarianisme

Sebarkan artikel ini
Penilaian Kebijakan Lingkungan Menurut Utilitarianisme

Hei teman, hari ini kita akan membahas topik yang cukup menarik, yaitu bagaimana penganut etika teleologi utilitarianisme menilai kebijakan lingkungan. Nah, sebelum kita masuk ke kriteria-kriterianya, mari kita pahami dulu apa itu utilitarianisme.

Utilitarianisme adalah sebuah teori etika yang menyatakan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan atau manfaat terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Jadi, dalam konteks kebijakan lingkungan, utilitarianisme akan menilai sebuah kebijakan sebagai baik atau buruk berdasarkan seberapa besar manfaat atau kebahagiaan yang dihasilkannya bagi masyarakat luas.

Kriteria Objektif dalam Penilaian Kebijakan Lingkungan

Nah, untuk menilai sebuah kebijakan lingkungan, penganut utilitarianisme menggunakan tiga kriteria objektif utama. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Manfaat atau Kebahagiaan yang Dihasilkan

Kriteria pertama adalah seberapa besar manfaat atau kebahagiaan yang dihasilkan oleh sebuah kebijakan lingkungan. Semakin besar manfaat atau kebahagiaan yang dihasilkan, semakin baik penilaiannya.

Contoh:

  • Kebijakan penanaman pohon di kawasan perkotaan dapat dinilai baik karena memberikan manfaat seperti menyerap polusi udara, menurunkan suhu lingkungan, dan meningkatkan estetika kota yang dapat meningkatkan kebahagiaan masyarakat.
  • Sebaliknya, kebijakan yang memperbolehkan penebangan hutan secara besar-besaran dapat dinilai buruk karena menimbulkan kerugian seperti kerusakan ekosistem, banjir, dan berkurangnya sumber daya alam yang dibutuhkan masyarakat.

2. Jumlah Orang yang Menerima Manfaat

Kriteria kedua adalah jumlah orang yang menerima manfaat dari sebuah kebijakan lingkungan. Semakin banyak orang yang diuntungkan, semakin baik penilaiannya.

Baca Juga!  Perkembangan Penelitian Komunikasi dengan Hadirnya Media Baru

Contoh:

  • Kebijakan pembatasan kendaraan bermotor di pusat kota dapat dinilai baik karena mengurangi polusi udara yang berdampak positif bagi kesehatan masyarakat luas di kawasan tersebut.
  • Sebaliknya, kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang, seperti memberikan izin penambangan di kawasan lindung, dapat dinilai buruk karena hanya menguntungkan pihak tertentu saja.

3. Jangka Waktu Manfaat

Kriteria ketiga adalah jangka waktu manfaat yang dihasilkan dari sebuah kebijakan lingkungan. Semakin panjang manfaat tersebut berlangsung, semakin baik penilaiannya.

Contoh:

  • Kebijakan konservasi hutan dapat dinilai baik karena manfaatnya seperti menjaga keseimbangan ekosistem, mencegah banjir, dan melestarikan keanekaragaman hayati dapat dirasakan dalam jangka panjang oleh masyarakat luas.
  • Sebaliknya, kebijakan yang hanya memberikan manfaat jangka pendek, seperti eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran, dapat dinilai buruk karena hanya menguntungkan sementara dan merusak lingkungan dalam jangka panjang.

Contoh Penerapan Kriteria dalam Penilaian Kebijakan

Oke, sekarang kita lihat bagaimana kriteria-kriteria ini diterapkan dalam penilaian kebijakan lingkungan yang nyata.

Misalnya, pemerintah sedang mempertimbangkan kebijakan untuk meningkatkan produksi energi terbarukan, seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga surya atau angin. Menurut utilitarianisme, kebijakan ini dapat dinilai baik karena:

  1. Manfaat yang dihasilkan: Energi terbarukan ramah lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan dapat mengurangi dampak perubahan iklim yang merugikan masyarakat luas.
  2. Jumlah orang yang diuntungkan: Seluruh masyarakat akan menerima manfaat dari lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
  3. Jangka waktu manfaat: Manfaat dari energi terbarukan dapat dirasakan dalam jangka panjang, bahkan oleh generasi mendatang.

Namun, utilitarianisme juga akan mempertimbangkan kerugian atau penderitaan yang mungkin ditimbulkan, seperti dampak pembangunan pembangkit listrik terhadap lingkungan sekitar atau masyarakat lokal. Jika kerugian tersebut lebih besar daripada manfaat yang dihasilkan, maka kebijakan tersebut dapat dinilai buruk.

Baca Juga!  Mengapa Pengelolaan Sumber Daya Alam Tak Pulih Sangat Penting?

Tabel perbandingan:

KebijakanManfaatJumlah Orang DiuntungkanJangka Waktu ManfaatPenilaian Utilitarianisme
Penanaman pohon di perkotaanTinggi (menyerap polusi, menurunkan suhu, estetika)Banyak (masyarakat kota)Jangka panjangBaik
Pembatasan kendaraan bermotorTinggi (mengurangi polusi udara)Banyak (masyarakat kota)Jangka panjangBaik
Konservasi hutanSangat tinggi (menjaga ekosistem, mencegah banjir, keanekaragaman hayati)Banyak (masyarakat luas)Sangat panjangSangat baik
Energi terbarukanTinggi (mengurangi emisi karbon, dampak perubahan iklim)Banyak (seluruh masyarakat)Sangat panjangBaik (dengan pertimbangan dampak pembangunan)

Jadi, itulah tiga kriteria utama yang digunakan utilitarianisme dalam menilai kebijakan lingkungan. Tentunya, dalam praktiknya, penilaian ini tidak sederhana karena harus mempertimbangkan banyak faktor dan kepentingan yang terlibat. Namun, dengan menggunakan kriteria objektif ini, kita dapat memiliki panduan yang jelas dalam mengevaluasi kebijakan lingkungan secara lebih adil dan menguntungkan masyarakat luas.

“Kebijakan lingkungan yang baik adalah yang memberikan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang dalam jangka waktu yang panjang.” – Penganut Utilitarianisme

Kesimpulan

Nah, itulah penjelasan lengkap tentang tiga kriteria objektif yang digunakan penganut utilitarianisme dalam menilai kebijakan lingkungan, yaitu manfaat atau kebahagiaan yang dihasilkan, jumlah orang yang menerima manfaat, dan jangka waktu manfaat tersebut berlangsung. Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria ini secara objektif, kita dapat mengevaluasi kebijakan lingkungan secara lebih adil dan menguntungkan masyarakat luas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *