Scroll untuk baca artikel
Rupa

4 Prinsip Penalaran yang Dapat Menyebabkan Sesat Pikir

×

4 Prinsip Penalaran yang Dapat Menyebabkan Sesat Pikir

Sebarkan artikel ini
Prinsip Penalaran yang Dapat Menyebabkan Sesat Pikir

Pernahkah kamu merasa yakin dengan argumen atau kesimpulan yang kamu buat, tapi ternyata setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata penalaranmu keliru? Nah, hal ini bisa terjadi karena kita tidak menerapkan prinsip-prinsip penalaran dengan benar. Ada 4 prinsip penalaran yang perlu kita pahami agar terhindar dari sesat pikir. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Prinsip Identitas

Prinsip identitas menyatakan bahwa suatu hal adalah sama dengan dirinya sendiri. Misalnya, jika kita menyebut sesuatu sebagai “apel”, maka benda itu haruslah apel, bukan jeruk atau pisang. Sederhana, bukan?

Tapi awas, jangan sampai kita salah menerapkan prinsip ini. Contohnya:

  • “Semua politisi itu korup.” (Tidak semua politisi korup, ada juga yang jujur)
  • “Orang introvert itu pasti pemalu.” (Tidak semua introvert pemalu, banyak juga yang percaya diri)

Jadi, pastikan kita tidak mengeneralisasi sesuatu secara berlebihan dan tetap mempertimbangkan adanya pengecualian.

2. Prinsip Kontradiksi

Prinsip kontradiksi menyatakan bahwa sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu dan bukan hal itu pada waktu bersamaan. Misalnya, sebuah pernyataan tidak mungkin benar sekaligus salah.

Contoh penerapan prinsip kontradiksi yang keliru:

  • “Saya mendukung kebebasan berpendapat, tapi saya tidak setuju dengan pendapatmu.” (Kontradiktif, mendukung kebebasan berpendapat harusnya berarti terbuka pada semua pendapat)
  • “Produk ini 100% alami dan tidak mengandung bahan kimia.” (Kontradiktif, semua benda tersusun dari bahan kimia, termasuk bahan alami)

Jadi, pastikan argumen atau pernyataan kita konsisten dan tidak saling bertentangan satu sama lain.

3. Prinsip Eksklusi Tertii

Prinsip eksklusi tertii menyatakan bahwa jika ada dua sifat yang berlawanan, maka sesuatu hanya bisa memiliki salah satunya, tidak mungkin keduanya sekaligus atau tidak keduanya.

Baca Juga!  Memahami Hubungan Ide, Konsep, Term, dan Prinsip Penalaran

Contoh penerapan prinsip eksklusi tertii yang keliru:

  • “Kalau kamu tidak setuju denganku, berarti kamu musuhku.” (Bukan hanya ada dua pilihan setuju atau musuh, bisa saja netral atau sekedar berbeda pandangan)
  • “Orang yang tidak suka film Avengers pasti bukan penggemar superhero.” (Bisa saja seseorang penggemar superhero DC, bukan Marvel)

Contoh prinsip eksklusi tertii
Contoh prinsip eksklusi tertii: Lampu hanya bisa menyala atau mati, tidak mungkin keduanya atau tidak keduanya. Alt text: Ilustrasi lampu menyala dan mati.

Jadi, hindari pemikiran “hitam-putih” dan pertimbangkan kemungkinan adanya opsi atau spektrum di antara dua kutub.

4. Prinsip Cukup Alasan

Prinsip cukup alasan menyatakan bahwa suatu perubahan atau kejadian pasti memiliki alasan yang mencukupi, tidak mungkin terjadi begitu saja tanpa sebab.

Contoh penerapan prinsip cukup alasan yang keliru:

  • “Penjualan produk kita meningkat bulan ini, pasti karena iklan di TV yang baru kita tayangkan.” (Belum tentu, bisa jadi ada faktor lain seperti diskon, rekomendasi, atau tren pasar)
  • “Tim kita kalah, pasti gara-gara wasitnya tidak adil.” (Belum tentu, bisa jadi memang performa tim kurang baik)

Jadi, sebelum mengambil kesimpulan, pastikan kita sudah mengumpulkan cukup bukti dan mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin berperan.

Nah, itulah 4 prinsip penalaran yang perlu kita pahami agar terhindar dari sesat pikir. Mari kita terapkan prinsip-prinsip ini dengan bijak dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan berpikir kritis dan logis, kita bisa membuat keputusan yang lebih baik, membangun argumen yang kuat, dan menghindari kesalahpahaman. Jadi, jangan ragu untuk terus mengasah kemampuan bernalar kita, ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *