Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa jarang sekali kita menemukan peternakan kerbau yang dikhususkan untuk penggemukan atau feedlot? Padahal, kerbau merupakan salah satu hewan ternak yang cukup populer di Indonesia. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang fenomena ini!
Sistem Pemeliharaan Kerbau yang Masih Tradisional
Salah satu alasan utama mengapa peternakan kerbau jarang digunakan untuk penggemukan adalah karena sebagian besar peternak masih menerapkan sistem pemeliharaan tradisional dan ekstensif. Dalam sistem ini, kerbau hanya digembalakan di padang rumput atau rawa-rawa untuk mencari makan sendiri.
Berbeda dengan peternakan sapi yang sudah banyak menerapkan sistem feedlot, dimana sapi dikandangkan dan diberi pakan secara intensif untuk meningkatkan pertumbuhannya. Sistem ini memang membutuhkan modal dan teknologi yang lebih tinggi, sehingga belum banyak diterapkan pada peternakan kerbau.
Keterbatasan Ketersediaan Pakan
Faktor lain yang menjadi kendala dalam penggemukan kerbau adalah ketersediaan pakan hijauan yang terbatas, terutama pada musim kemarau. Kerbau membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya. Namun, ketika hijauan sulit ditemukan, pertumbuhan kerbau pun akan terhambat.
Di sisi lain, peternakan sapi sudah banyak memanfaatkan limbah pertanian seperti jerami padi atau dedak sebagai pakan alternatif. Hal ini membantu menjaga ketersediaan pakan sapi meskipun di musim kering.
Kurangnya Pengetahuan Peternak
Pengetahuan peternak tentang manajemen pemeliharaan, pakan, dan kesehatan kerbau juga masih terbatas. Banyak peternak yang membiarkan kerbaunya tanpa perawatan khusus, sehingga rentan terkena penyakit.
Berbeda dengan peternakan sapi yang sudah banyak mendapatkan pendampingan dan penyuluhan dari dinas terkait atau lembaga penelitian. Peternak sapi sudah lebih paham tentang cara memelihara ternaknya dengan baik.
Tantangan Pemasaran Daging Kerbau
Dari segi pemasaran, daging kerbau ternyata kurang diminati dibandingkan daging sapi. Permintaan pasar yang rendah ini menjadi pertimbangan ekonomi bagi peternak untuk tidak mengembangkan usaha penggemukan kerbau.
Peternak tentu ingin memelihara ternak yang mudah dijual dan menguntungkan. Jika permintaan daging kerbau rendah, maka risiko kerugian pun semakin besar.
Populasi Kerbau yang Menurun
Tantangan lainnya adalah populasi kerbau yang terus menurun akibat tingginya pemotongan betina produktif dan rendahnya tingkat kelahiran. Hal ini menyebabkan ketersediaan bakalan kerbau untuk digemukkan juga semakin terbatas.
Jika populasi kerbau terus menurun, maka akan semakin sulit bagi peternak untuk mendapatkan bakalan yang berkualitas untuk digemukkan. Diperlukan upaya khusus untuk menjaga kelestarian populasi kerbau.
Produktivitas Kerbau vs Sapi
Dari segi produktivitas, kerbau memang kalah dibandingkan sapi dalam hal pertambahan bobot badan harian. Kerbau juga membutuhkan waktu pemeliharaan yang lebih lama untuk mencapai bobot potong yang ideal.
Tabel Perbandingan Produktivitas Kerbau vs Sapi
Aspek Kerbau Sapi Pertambahan bobot badan harian 0,5-0,7 kg 0,8-1,2 kg Waktu pemeliharaan hingga siap potong 2-3 tahun 1-1,5 tahun
Dengan produktivitas yang lebih rendah, peternak tentu akan lebih memilih sapi untuk digemukkan karena lebih efisien dan menguntungkan.
Potensi Pengembangan Peternakan Kerbau
Meskipun saat ini peternakan kerbau masih jarang digunakan untuk penggemukan, bukan berarti potensinya tidak ada. Dengan manajemen yang tepat dan dukungan berbagai pihak, peternakan kerbau bisa dikembangkan menjadi sumber daging yang menjanjikan.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain:
- Peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak melalui pelatihan dan pendampingan
- Penerapan sistem pemeliharaan semi intensif atau intensif untuk meningkatkan produktivitas
- Penyediaan pakan berkualitas melalui pemanfaatan limbah pertanian atau pengembangan hijauan unggul
- Pencegahan dan pengendalian penyakit melalui program vaksinasi dan biosekuriti
- Promosi dan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan permintaan daging kerbau
Menurut Prof. Dr. Ir. Ahmad Sofyan, M.Sc., peneliti dari Balai Penelitian Ternak, “Pengembangan peternakan kerbau untuk penggemukan sangat mungkin dilakukan jika ada dukungan dari berbagai pihak, mulai dari peternak, pemerintah, akademisi, hingga swasta. Kita harus optimis bahwa kerbau bisa menjadi sumber daging yang berkualitas dan berdaya saing.”
Kesimpulan
Jadi, sedikitnya peternakan kerbau yang digunakan untuk penggemukan disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari sistem pemeliharaan yang masih tradisional, keterbatasan pakan, kurangnya pengetahuan peternak, tantangan pemasaran, hingga produktivitas yang lebih rendah dibandingkan sapi.
Namun, bukan berarti potensi pengembangan peternakan kerbau tidak ada. Dengan upaya yang tepat dan dukungan berbagai pihak, kerbau bisa menjadi sumber daging yang menjanjikan di masa depan.