Scroll untuk baca artikel
Tanaman

Ciri-Ciri Bryophyta: Mengenal Lebih Dekat Tumbuhan Lumut

×

Ciri-Ciri Bryophyta: Mengenal Lebih Dekat Tumbuhan Lumut

Sebarkan artikel ini
Ciri-Ciri Bryophyta

Hai teman, apa kabar? Hari ini aku ingin berbagi sedikit pengetahuan tentang kelompok tumbuhan yang unik, yaitu lumut atau dalam istilah ilmiahnya disebut bryophyta. Seperti yang kita tahu, lumut sering ditemukan tumbuh di tempat-tempat lembap seperti batu, tanah, kayu lapuk, atau bahkan atap rumah. Nah, meski terlihat sederhana, ternyata lumut memiliki ciri khas dan peranan penting dalam ekosistem.

Ciri-Ciri Utama Lumut

Berikut ini adalah beberapa ciri utama dari divisi bryophyta:

1. Tidak memiliki jaringan pembuluh

Lumut tidak memiliki jaringan pengangkut air dan nutrisi seperti xilem dan floem sehingga penyerapan dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu sebabnya lumut biasanya hidup di tempat-tempat lembap agar tubuhnya tidak kekeringan.

Tumbuhan TinggiLumut
Memiliki xilem dan floemMelakukan penyerapan air dan nutrisi melalui permukaan tubuh
Mengangkut air dan nutrisi secara internalMelakukan penyerapan air dan nutrisi melalui permukaan tubuh

2. Bersifat autotrof

Meski berukuran kecil, lumut mampu berfotosintesis karena memiliki klorofil. Dengan kata lain, lumut bersifat autotrof, yaitu mampu menghasilkan makanannya sendiri dari bahan anorganik.

3. Tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati

Berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi, lumut tidak memiliki bagian vegetatif akar, batang, dan daun. Lumut hanya memiliki rizoid yang berfungsi sebagai pengikat pada substrat.

Rizoid pada Lumut

4. Berkembangbiak dengan spora

Lumut berkembangbiak secara generatif menghasilkan spora, bukan biji. Spora lumut sangat ringan dan mudah terbawa angin sehingga mampu menyebar dengan luas. Spora lumut juga tahan pada kondisi kering ekstrem.

Baca Juga!  Sistem Penanaman Tanaman Bergilir untuk Mengoptimalkan Hasil Panen

Metagenesis pada Lumut

Salah satu ciri khas lumut adalah mengalami pergiliran keturunan atau metagenesis. Berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi yang hanya memiliki satu fase (sporofit), lumut memiliki dua fase dalam siklus hidupnya:

1. Gametofit

Fase haploid yang menghasilkan gamet jantan dan betina. Gametofit disebut sebagai fase lumut karena berupa lumut yang kita kenal.

2. Sporofit

Fase diploid yang terbentuk dari pembuahan gamet jantan dan betina. Sporofit menempel dan bergantung pada gametofit untuk mendapatkan nutrisi. Sporofit memproduksi dan melepaskan spora melalui kapsul.

Berikut bagan siklus hidup lumut:

Siklus Hidup Lumut

Peranan Lumut Bagi Lingkungan

Meski berukuran mungil, ternyata lumut memiliki beberapa manfaat bagi ekosistem, di antaranya:

  • Menjaga kelembaban tanah
  • Sebagai habitat satwa kecil
  • Membersihkan udara dengan menyerap polutan
  • Mencegah erosi pada lahan miring

Salah satu jenis lumut yang paling terkenal adalah lumut kerak atau Sphagnum. Lumut ini mampu menyerap air hingga 20 kali lipat dari berat keringnya sehingga berperan vital menjaga kelembaban hutan. Selain itu, lumut kerak juga berguna sebagai media tanam dan perawatan luka.

Ragam Jenis Lumut

Secara garis besar, lumut dikelompokkan menjadi 3 divisi, yaitu:

1. Lumut Hati (Marchantiophyta)

Ciri khas lumut hati adalah memiliki tubuh rata seperti pita atau roset. Contoh lumut hati yaitu Marchantia dan Riccia.

Lumut Hati

2. Lumut Tanduk (Anthocerotophyta)

Disebut lumut tanduk karena sporofitnya berbentuk seperti tanduk. Satu-satunya genus lumut tanduk adalah Anthoceros.

Lumut Tanduk

Lumut tanduk (Anthoceros punctatus) memiliki sporofit memanjang seperti tanduk (Sumber: Wikimedia)

3. Lumut Sejati (Bryophyta)

Merupakan kelompok lumut terbesar yang memiliki ciri daun-daun kecil berbentuk seperti lidi. Beberapa contoh lumut sejati adalah lumut kerak (Sphagnum), rambut air (Polytrichum), dan lumut ekor kuda (Dicranum).

Baca Juga!  Oomycota: Pengertian, Ciri, Reproduksi, dan Peranan

Itu dia teman-teman pembahasan singkat mengenai ciri dan jenis-jenis lumut. Lumut memang organism sederhana, tapi peranannya cukup vital bagi keseimbangan ekosistem. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita tentang keanekaragaman hayati Indonesia ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *