Hai sobat, pernah gak sih kamu mikir gimana caranya para pebisnis atau pengusaha bisa tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumennya? Nah, ternyata ada ilmunya lho, namanya teori perilaku konsumen. Teori ini pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen menggunakan sumber daya yang dimilikinya, seperti uang, untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.
Dalam teori perilaku konsumen, ada dua pendekatan utama yang sering dipakai untuk menganalisis kepuasan konsumen, yaitu pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal. Kedua pendekatan ini punya cara pandang yang berbeda dalam menilai kepuasan konsumen. Yuk kita bahas lebih lanjut!
Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal itu menganggap bahwa kepuasan konsumen dari mengonsumsi barang dan jasa bisa diukur pakai angka-angka gitu. Makanya pendekatan ini juga disebut pendekatan kardinal (cardinal approach).
Pendekatan kardinal ini didasarkan pada beberapa asumsi:
- Konsumen itu rasional, artinya mereka selalu berusaha memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatan yang ada.
- Berlaku hukum diminishing marginal utility, yaitu tambahan kepuasan dari setiap unit tambahan konsumsi suatu barang akan semakin menurun.
- Kepuasan konsumen bisa diukur dengan satuan seperti uang, jumlah, atau unit.
- Semakin banyak barang yang dikonsumsi, semakin besar pula kepuasan yang didapat.
Nah, dalam pendekatan kardinal ini, ada dua konsep penting yang perlu kamu tahu:
- Total Utility (TU): kepuasan total yang didapat dari mengonsumsi sejumlah barang/jasa.
- Marginal Utility (MU): tambahan kepuasan dari setiap unit tambahan konsumsi barang/jasa.
Pendekatan kardinal juga mengenal dua hukum penting dari seorang ekonom Jerman, Hermann Heinrich Gossen, yang disebut Hukum Gossen I dan II.
Hukum Gossen I
Hukum ini menyatakan bahwa tambahan kepuasan yang diperoleh seseorang dari mengonsumsi suatu barang akan semakin berkurang hingga akhirnya mencapai titik jenuh.
Contohnya gini, bayangkan kamu lagi haus banget dan minum segelas air. Gelas pertama pasti nikmat banget kan? Nah gelas kedua mungkin masih nikmat tapi nggak senikmat gelas pertama. Terus gelas ketiga, kamu udah nggak terlalu menikmati lagi. Malah kalau kebanyakan, lama-lama kamu bisa eneg. Nah itu contoh dari Hukum Gossen I.
Hukum Gossen II
Hukum kedua dari Gossen menyatakan bahwa konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya dengan mengonsumsi kombinasi barang sedemikian rupa sehingga rasio antara MU per harga tiap barang sama.
Intinya, konsumen akan berusaha “menyamakan” kepuasan tambahan per rupiah (MU/P) yang dia dapatkan dari setiap barang. Kalau MU/P suatu barang lebih tinggi, dia akan mengonsumsi lebih banyak barang itu sampai MU/P-nya sama dengan barang lain.
Pendekatan Ordinal
Nah sekarang kita beralih ke pendekatan ordinal. Berbeda dengan pendekatan kardinal, pendekatan ordinal itu menganggap bahwa kepuasan konsumen nggak bisa diukur pakai angka-angka, tapi cuma bisa dibandingkan tingkatannya aja. Istilahnya, kepuasannya cuma bisa dinyatakan secara ordinal (peringkat), bukan kardinal (angka).
Pendekatan ordinal ini didasarkan pada beberapa asumsi:
- Konsumen itu rasional dan bisa membuat peringkat kombinasi barang yang dia suka.
- Konsumen bisa membandingkan tingkat kepuasannya terhadap kombinasi barang yang berbeda dan mengurutkannya dari yang paling disukai.
- Konsumen selalu prefer kombinasi barang yang lebih banyak daripada lebih sedikit (non-satiation).
- Berlaku hukum diminishing marginal rate of substitution, yaitu semakin banyak suatu barang dikonsumsi, semakin menurun tingkat substitusinya terhadap barang lain.
Dalam pendekatan ordinal, ada dua alat analisis utama yang dipakai:
- Kurva Indiferen (Indifference Curve): kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan sama bagi konsumen.
- Garis Anggaran (Budget Line): garis yang menunjukkan berbagai kombinasi dua macam barang yang bisa dibeli konsumen dengan anggaran dan harga barang tertentu.
Kurva Indiferen
Kurva indiferen itu bentuknya cembung ke arah origin (titik 0) dan nggak saling berpotongan. Semakin jauh kurva indiferen dari titik origin, semakin tinggi kepuasan yang didapat konsumen. Konsumen selalu lebih suka kurva indiferen yang lebih tinggi.
Kemiringan kurva indiferen di setiap titik itu menunjukkan marginal rate of substitution (MRS), yaitu berapa banyak suatu barang harus dikorbankan untuk mendapatkan satu unit tambahan barang lain dengan tingkat kepuasan yang sama.
Garis Anggaran
Garis anggaran menunjukkan semua kombinasi dua barang yang bisa dibeli konsumen dengan pendapatan dan harga barang tertentu. Kemiringan garis anggaran ditentukan oleh harga relatif kedua barang. Semakin tinggi harga suatu barang, semakin curam garis anggarannya.
Titik optimal atau keseimbangan konsumen tercapai saat kurva indiferen tertinggi yang bisa dicapai bersinggungan dengan garis anggaran. Di titik itu, MRS sama dengan harga relatif kedua barang.
Perbandingan Pendekatan Kardinal vs Ordinal
Nah setelah memahami konsep dasar kedua pendekatan, sekarang kita bisa membandingkan keduanya. Berikut perbedaan utama antara pendekatan kardinal dan ordinal:
Aspek Pendekatan Kardinal Pendekatan Ordinal Pengukuran kepuasan Kepuasan bisa diukur dengan satuan angka (uang, unit, dll) Kepuasan hanya bisa dibandingkan dan dibuat peringkat Konsep utama Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU) Kurva Indiferen dan Garis Anggaran Sifat analisis Kuantitatif (pakai angka) Kualitatif (deskriptif, tidak pakai angka) Asumsi dasar Kepuasan bisa diukur, konsumen selalu ingin memaksimalkan kepuasan Kepuasan tidak bisa diukur, tapi bisa dibandingkan Kelemahan Sulit mengukur kepuasan dengan angka, dianggap kurang realistis Tidak bisa mengukur kepuasan secara absolut
Jadi intinya, pendekatan kardinal itu menganggap kepuasan konsumen bisa diukur pakai angka, sementara pendekatan ordinal menganggap kepuasan cuma bisa dibandingkan aja. Pendekatan kardinal fokus ke konsep total dan marginal utility, sementara ordinal fokus ke kurva indiferen dan garis anggaran.
Kesimpulan
Oke sobat, jadi itu tadi penjelasan lengkap tentang perbedaan pendekatan kardinal dan ordinal dalam teori perilaku konsumen. Walaupun keduanya punya perbedaan, tapi tetap aja tujuan utamanya sama, yaitu untuk menganalisis perilaku dan kepuasan konsumen.
Pendekatan kardinal memang lebih intuitif dan mudah dipahami, tapi pendekatan ordinal dianggap lebih realistis karena nggak mengukur kepuasan dengan angka yang sebenernya sulit dilakukan. Makanya, kebanyakan ekonom modern sekarang lebih suka pakai pendekatan ordinal.
Tapi terlepas dari pendekatan mana yang dipilih, yang penting kita sebagai konsumen harus tetap bijak dalam mengonsumsi barang dan jasa sesuai kebutuhan dan kemampuan kita. Jangan sampai gara-gara terlalu mengejar kepuasan, kita jadi konsumtif dan malah menimbulkan masalah keuangan.
Nah, semoga artikel ini bisa menambah wawasan kamu tentang teori perilaku konsumen ya. Kalau masih ada yang bingung atau ingin tahu lebih lanjut, jangan ragu untuk cari referensi lain atau tanya langsung ke ahlinya. Tetap semangat belajar ekonominya!