Scroll untuk baca artikel
Rupa

Teori Work Adjustment: Kisah Perjuangan Membantu Penyandang Disabilitas

Avatar
×

Teori Work Adjustment: Kisah Perjuangan Membantu Penyandang Disabilitas

Sebarkan artikel ini

Hai teman-teman! Kali ini saya akan membahas sebuah teori yang cukup menarik di bidang psikologi industri dan organisasi, yaitu Teori Work Adjustment atau TWA. Teori ini berawal dari sebuah penelitian yang bertujuan untuk membantu para penyandang disabilitas agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka.

Awal Mula Penelitian

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, dua orang peneliti dari University of Minnesota, René V. Dawis dan Lloyd H. Lofquist, melakukan sebuah penelitian terkait dengan rehabilitasi kejuruan bagi klien penyandang disabilitas. Bayangkan betapa sulitnya bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau mental untuk dapat bekerja dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja pada masa itu.

Penelitian ini bertujuan untuk membantu para klien agar dapat menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka dan dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan kerja tersebut. Hasil penelitian ini kemudian dipublikasikan dalam beberapa buletin di University of Minnesota, artikel jurnal, dan buku-buku.

“Kita harus membantu mereka yang memiliki keterbatasan agar dapat menemukan pekerjaan yang sesuai dan lingkungan kerja yang nyaman bagi mereka.” – René V. Dawis

Masuk ke Ranah Psikologi

Pada pertengahan tahun 1970-an, penelitian ini mulai masuk ke ranah penelitian psikologi dan semakin banyak dikaji serta dikembangkan lebih lanjut. Teori ini tumbuh dari tradisi psikologi perbedaan individu yang mempelajari variabilitas dan individualitas manusia dalam berperilaku di situasi yang sama.

Teori Work Adjustment berfokus pada hubungan antara individu (person/P) dengan lingkungan kerjanya (environment/E), serta proses penyesuaian yang terjadi di antara keduanya. Dengan kata lain, teori ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan dari lingkungan kerjanya, serta bagaimana lingkungan kerja juga harus dapat memenuhi kebutuhan dan harapan dari individu tersebut.

Asumsi Dasar Teori Work Adjustment

Teori Work Adjustment didasarkan pada tiga asumsi dasar, yaitu:

  1. Manusia sebagai makhluk hidup
  2. Manusia memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan lingkungan
  3. Banyak perilaku manusia dimotivasi oleh upaya untuk mendapatkan reinforcement (penguatan)

Asumsi pertama menyatakan bahwa manusia adalah makhluk hidup yang memiliki kebutuhan dasar seperti makan, minum, dan bertahan hidup. Asumsi kedua menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan lingkungan, seperti tuntutan pekerjaan atau lingkungan sosial. Asumsi ketiga menyatakan bahwa banyak perilaku manusia dimotivasi oleh upaya untuk mendapatkan reinforcement atau penguatan, seperti gaji, promosi, atau pengakuan dari lingkungan kerja.

Konsep Utama Teori Work Adjustment

Dalam Teori Work Adjustment, terdapat beberapa konsep utama yang perlu dipahami, antara lain:

  1. Kecocokan (Correspondence): Sejauh mana terdapat kecocokan antara kemampuan individu dengan tuntutan lingkungan kerja, serta sejauh mana lingkungan kerja dapat memenuhi kebutuhan individu.
  2. Kepuasan (Satisfaction): Perasaan puas yang dirasakan oleh individu terhadap lingkungan kerjanya, atau sebaliknya, perasaan puas yang dirasakan oleh lingkungan kerja terhadap individu tersebut.
  3. Kemampuan (Ability): Kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan lingkungan kerja, seperti keterampilan, pengetahuan, dan karakteristik personal lainnya.
  4. Nilai (Value): Nilai-nilai yang dimiliki oleh individu, seperti minat, kebutuhan, dan harapan terhadap lingkungan kerja.
  5. Persyaratan (Requirement): Persyaratan yang ditetapkan oleh lingkungan kerja, seperti kualifikasi, tugas, dan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh individu.
  6. Reinforcement (Penguatan): Penguatan yang diberikan oleh lingkungan kerja kepada individu, seperti gaji, promosi, atau pengakuan, atau sebaliknya, penguatan yang diberikan oleh individu kepada lingkungan kerja, seperti kinerja yang baik atau loyalitas.

Konsep-konsep ini saling berkaitan dan membentuk sebuah proses penyesuaian antara individu dengan lingkungan kerjanya. Jika terdapat kecocokan yang baik antara kemampuan individu dengan persyaratan lingkungan kerja, serta nilai-nilai individu dapat terpenuhi oleh lingkungan kerja, maka akan terjadi kepuasan kerja yang tinggi dan reinforcement yang positif.

Sebaliknya, jika terdapat ketidakcocokan antara individu dengan lingkungan kerjanya, maka akan terjadi ketidakpuasan kerja dan reinforcement yang negatif, seperti stres, kinerja yang buruk, atau bahkan keputusan untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.

Contoh Penerapan Teori Work Adjustment

Untuk memahami lebih jelas bagaimana Teori Work Adjustment dapat diterapkan, mari kita ambil sebuah contoh kasus:

Seorang individu bernama Andi memiliki minat yang besar di bidang seni dan desain grafis. Dia memiliki kemampuan yang baik dalam mengoperasikan software desain grafis dan memiliki kreativitas yang tinggi. Andi kemudian melamar pekerjaan sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan advertising.

Dalam kasus ini, kita dapat melihat bahwa terdapat kecocokan antara kemampuan Andi dengan persyaratan pekerjaan sebagai desainer grafis. Selain itu, nilai-nilai yang dimiliki Andi, seperti minat di bidang seni dan desain grafis, juga dapat terpenuhi oleh lingkungan kerja tersebut.

Jika perusahaan advertising tersebut memberikan gaji yang sesuai, lingkungan kerja yang nyaman, dan kesempatan untuk mengembangkan diri, maka Andi akan merasa puas dengan pekerjaannya dan memberikan reinforcement positif berupa kinerja yang baik dan loyalitas kepada perusahaan.

Sebaliknya, jika perusahaan advertising tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan Andi, seperti gaji yang rendah, lingkungan kerja yang tidak kondusif, atau kurangnya kesempatan untuk berkembang, maka Andi akan merasa tidak puas dengan pekerjaannya dan dapat memberikan reinforcement negatif, seperti kinerja yang buruk atau bahkan keputusan untuk meninggalkan perusahaan tersebut.

Kritik dan Perkembangan Teori Work Adjustment

Seperti teori-teori lainnya, Teori Work Adjustment juga tidak luput dari kritik dan perkembangan lebih lanjut. Beberapa kritik yang diajukan terhadap teori ini antara lain:

  1. Teori ini terlalu berfokus pada individu dan kurang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang lebih luas, seperti budaya organisasi, kebijakan perusahaan, atau kondisi ekonomi.
  2. Teori ini kurang mempertimbangkan aspek dinamis dari proses penyesuaian, di mana individu dan lingkungan kerja dapat berubah seiring waktu.
  3. Teori ini kurang mempertimbangkan faktor-faktor non-kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, seperti kehidupan keluarga, hobi, atau aktivitas di luar pekerjaan.

Namun, meskipun terdapat kritik-kritik tersebut, Teori Work Adjustment tetap menjadi salah satu teori yang penting dan banyak digunakan dalam bidang psikologi industri dan organisasi. Teori ini terus dikembangkan dan diintegrasikan dengan teori-teori lain, seperti teori motivasi, teori kepribadian, atau teori budaya organisasi.

Salah satu perkembangan terbaru dari Teori Work Adjustment adalah model integrasi yang diusulkan oleh Lofquist dan Dawis pada tahun 1991. Model ini berusaha untuk mengintegrasikan faktor-faktor individu, lingkungan kerja, dan faktor-faktor non-kerja dalam proses penyesuaian kerja.

Penutup

Demikianlah penjelasan mengenai Teori Work Adjustment, mulai dari latar belakang terbentuknya, konsep-konsep utama, contoh penerapan, hingga kritik dan perkembangan terbarunya. Teori ini memberikan perspektif yang menarik dalam memahami proses penyesuaian antara individu dengan lingkungan kerjanya, serta bagaimana mencapai kepuasan kerja yang optimal.

Meskipun teori ini berawal dari penelitian untuk membantu penyandang disabilitas, namun pada akhirnya teori ini dapat diterapkan secara lebih luas dalam berbagai konteks pekerjaan dan organisasi. Dengan memahami prinsip-prinsip Teori Work Adjustment, kita dapat membantu individu untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan nilai-nilai mereka, serta membantu organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan dapat memenuhi kebutuhan karyawannya.

Nah, itu tadi pembahasan mengenai Teori Work Adjustment. Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang teori ini dan manfaatnya dalam dunia kerja. Jika ada pertanyaan atau ingin mendiskusikan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Sampai jumpa di pembahasan teori psikologi lainnya!

Baca Juga!  Putri Hephaestus: Sang Dewi Api yang Memukau!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *