Scroll untuk baca artikel
Rupa

Klasifikasi Kekuatan Opini Publik Menurut Clyde L. King

Avatar
×

Klasifikasi Kekuatan Opini Publik Menurut Clyde L. King

Sebarkan artikel ini
Klasifikasi Kekuatan Opini Publik Menurut Clyde L. King

Opini publik merupakan opini yang terbentuk di tengah masyarakat terkait berbagai isu dan kebijakan publik. Opini ini terbentuk melalui interaksi sosial dan dipengaruhi berbagai kelompok kepentingan dalam masyarakat. Dalam ilmu politik dan sosiologi, opini publik dianggap memiliki kekuatan tersendiri yang mampu mempengaruhi keputusan pemerintah.

Salah satu pakar yang mengkaji opini publik adalah Clyde L. King. Ia membagi kekuatan opini publik menjadi beberapa klasifikasi. Tulisan ini akan menjelaskan klasifikasi kekuatan opini publik menurut Clyde L. King beserta contoh-contoh konkritnya dalam kehidupan sosial-politik di Indonesia.

Kekuatan Sosiologis Opini Publik

Menurut Clyde L. King, opini publik secara sosiologis mempunyai kekuatan yang cukup besar di tengah masyarakat. Opini publik dipandang sebagai suara kolektif dari sebuah komunitas atau kelompok sosial tertentu. Oleh karena itu, opini publik dianggap mewakili suatu kelompok atau golongan profesi tertentu.

Contohnya, opini publik di kalangan petani terkait isu ketahanan pangan dipandang mewakili suara dan kepentingan petani secara keseluruhan. Demikian pula dengan opini publik guru soal kesejahteraan pendidik, atau opini publik buruh mengenai UMK. Opini-opini publik ini dianggap sebagai representasi suara kolektif dari kelompok sosial tertentu.

Karena dianggap mewakili suatu komunitas atau profesi, maka opini publik memiliki pengaruh yang cukup besar. Pemerintah, misalnya, akan sangat memperhatikan opini publik petani saat menyusun kebijakan terkait sektor pertanian. Demikian pula dengan opini publik buruh atau pendidik yang sangat diperhitungkan pembuat kebijakan.

Jadi secara sosiologis, opini publik bisa memiliki kekuatan yang sangat besar karena dianggap sebagai representasi kolektif suara kelompok-kelompok sosial di masyarakat. Semakin banyak kelompok masyarakat yang mendukung suatu opini publik, maka opini tersebut akan semakin kuat pengaruhnya.

Baca Juga!  Mengapa Bencana Mengganggu Kemampuan Berpikir Jernih dan Bertindak Cepat?

Kekuatan Politik di Balik Pembentukan Opini Publik

Clyde L. King juga melihat bahwa opini publik kerap dibentuk oleh perilaku para aktor dan tokoh politik. Para politisi dan pejabat publik memiliki andil besar dalam upaya membentuk opini di tengah masyarakat agar sejalan dengan kepentingan politik mereka.

Kemampuan berkomunikasi politik menjadi faktor kunci yang menentukan seberapa besar pengaruh para politisi dalam membentuk opini publik. Politikus yang piawai berpidato dan mengemas narasi politiknya dengan baik, akan lebih sukses mempengaruhi opini khalayak.

Sebagai contoh, Presiden Jokowi dikenal sangat piawai berkomunikasi dan membangun narasi di masyarakat. Ia sering melakukan blusukan dan mengemas narasinya dengan bahasa sederhana namun persuasif. Hal ini membuat opini publik kerap berpihak pada kebijakan dan program kerja Presiden Jokowi.

Pemerintah pun kerap berupaya membentuk opini publik agar mendukung arah kebijakannya. Misalnya dengan gencar mensosialisasikan manfaat UU Cipta Kerja demi membentuk opini positif soal omnibus law tersebut di tengah masyarakat. Jadi faktor politik dan para aktor politik sangat berperan dalam pembentukan opini di ruang publik.

Pengaruh Opini Publik Kelompok Khusus

Clyde L. King juga melihat bahwa opini publik dari berbagai kelompok khusus di masyarakat memiliki kekuatan tersendiri. Contoh kelompok khusus ini adalah organisasi mahasiswa, kelompok profesi seperti dokter atau pengacara, LSM tertentu, dan lain sebagainya.

Meski jumlahnya tidak sebanyak petani atau buruh, opini publik dari kelompok-kelompok khusus ini tetap memiliki pengaruh signifikan. Sebab mereka dianggap sebagai kelompok intelektual yang paham betul isu-isu tertentu di masyarakat.

Sebagai contoh, pemerintah akan sangat memperhatikan opini publik dari organisasi kemahasiswaan terkait isu kenaikan SPP atau UMKM. Suara mahasiswa dianggap mewakili aspirasi anak muda intelektual dalam menyikapi isu strategis negara. Begitu pula dengan opini LSM soal lingkungan hidup atau opini ikatan dokter mengenai kebijakan kesehatan.

Baca Juga!  Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup: Apa Bedanya?

Oleh karena itu, opini publik dari kelompok-kelompok khusus ini tetap dianggap penting meski tak sebesar opini dari petani atau buruh. Pemerintah tidak bisa mengabaikan begitu saja opini publik kelompok intelektual, karena hal ini bisa memengaruhi dukungan publik secara lebih luas.

Pengaruh Media Massa dalam Membentuk Opini Publik

Faktor terakhir yang turut membentuk opini publik adalah peran media massa. Menurut Clyde L. King, opini publik yang terbentuk lewat pemberitaan media massa bisa memiliki pengaruh yang sangat besar di tengah masyarakat.

Hal ini tergantung dari isi berita dan tokoh publik yang terlibat. Jika berita terkait kebijakan publik yang merugikan banyak orang, dan melibatkan tokoh kredibel seperti LSM atau pakar, maka opini publik bisa dengan cepat terbentuk.

Misalnya saja pemberitaan media soal reklamasi Teluk Jakarta yang dinilai merusak ekosistem laut. Berita ini banyak mengutip opini pakar lingkungan dan LSM, sehingga dengan cepat membentuk opini anti-reklamasi di kalangan publik. Jadi faktor kredibilitas sumber berita, dan tokoh yang dikutip, sangat menentukan pembentukan opini publik.

Demikian uraian singkat mengenai klasifikasi kekuatan opini publik menurut Clyde L. King beserta contoh-contoh konkritnya. Secara ringkas, kekuatan opini publik bersumber dari: faktor sosiologis, politik para elit, tekanan kelompok khusus, dan pembentukan lewat media massa. Semakin banyak dukungan dari pillar-pillar ini, maka sebuah opini publik tentang sebuah isu akan semakin kuat, bahkan tak terbendung pengaruhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *