Workaholic adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang dengan kecanduan kerja atau keinginan yang tidak terkendali untuk terus menerus bekerja. Workaholic seringkali disamakan dengan pekerja keras, padahal keduanya memiliki perbedaan mendasar.
Pekerja keras bekerja dengan sungguh-sungguh dan produktif, namun masih memperhatikan keseimbangan hidup dengan baik. Sementara workaholic hanya memikirkan pekerjaan dan mengesampingkan hal lain seperti kesehatan, keluarga, teman, dan hobi.
Pengertian Workaholic
Menurut American Psychology Association, workaholic merupakan kondisi dimana seseorang merasa terpaksa atau memiliki kebutuhan dari dalam dirinya sendiri untuk terus menerus bekerja. Dorongan ini bukan berasal dari faktor eksternal, melainkan diciptakan oleh diri sendiri.
Workaholic juga kerap disebut sebagai kecanduan kerja. Meski demikian, workaholic belum diakui sebagai gangguan mental atau penyakit.
Ciri-Ciri Workaholic
Berikut adalah ciri-ciri umum dari seorang workaholic:
- Pikiran didominasi pekerjaan hampir setiap waktu. Bahkan di luar jam kerja sekalipun, seorang workaholic masih memikirkan dan membicarakan pekerjaan.
- Tidak memiliki banyak waktu untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain. Karena terlalu disibukkan dengan pekerjaan, workaholic sulit membentuk hubungan dekat di luar lingkup pekerjaan.
- Tidak mengenal kata libur atau cuti. Workaholic akan merasa gelisah, stres, dan tidak nyaman jika tidak bekerja meskipun sedang berlibur atau sakit. Mereka yakin pekerjaan akan kacau tanpa kehadiran mereka.
- Menganggap pekerjaan sebagai prioritas utama di atas kepentingan pribadi ataupun orang lain. Bagi workaholic, urusan pekerjaan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum mengurusi hal lain.
- Tidak menyadari dampak buruk dari pola kerja berlebihan. Workaholic cenderung abai terhadap efek negatif kesehatan fisik dan mental akibat kebiasaan bekerja tanpa hentinya.
Penyebab Workaholic
Beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi workaholic antara lain:
- Tekanan dan tuntutan pekerjaan yang tinggi
- Rasa tidak aman akan posisi atau karir
- Mencari pengakuan dan pujian melalui kesuksesan karir
- Menghindari masalah dengan cara bekerja terus-menerus
- Merasa bersalah dan tidak berharga ketika tidak bekerja
- Memiliki obsesi yang berlebihan terhadap pekerjaan
Dampak Negatif Workaholic
Menjadi workaholic memiliki sejumlah efek buruk, di antaranya:
- Burnout atau kelelahan ekstrem akibat beban kerja berlebihan
- Gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, hingga insomnia
- Risiko penyakit fisik seperti diabetes, stroke, jantung, dan lainnya
- Produktivitas dan kinerja justru menurun
- Hubungan dengan keluarga dan teman menjadi renggang
Perbedaan Workaholic dan Pekerja Keras
Meski terlihat mirip, workaholic dan pekerja keras sebenarnya memiliki perbedaan mendasar, yaitu:
Workaholic Pekerja Keras Bekerja karena adanya dorongan dari dalam diri Bekerja karena menikmati pekerjaannya Tidak bahagia saat bekerja Bahagia dan bangga dengan pekerjaannya Produktivitas cenderung menurun Produktivitas tetap terjaga dengan baik Bekerja tanpa batasan waktu Memiliki batasan waktu kerja yang jelas Mengabaikan kebutuhan pribadi Tetap memperhatikan kebutuhan pribadi
Cara Mengatasi Workaholic
Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi workaholic:
- Membatasi jam kerja dan waktu lembur
- Menetapkan jadwal kerja yang jelas setiap harinya
- Memprioritaskan kesehatan fisik dan mental
- Berlibur atau cuti untuk melepaskan diri sejenak dari pekerjaan
- Tidak membawa pekerjaan pulang atau membuka email kantor saat sedang libur
- Meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga dan teman
- Melakukan hobi atau kegiatan yang disukai di luar pekerjaan
- Mengikuti terapi atau konseling jika diperlukan
Penutup
Workaholic bukanlah hal yang patut dibanggakan meskipun terlihat seperti etos kerja yang tinggi. Kebiasaan ini justru berisiko mengganggu kesehatan dan kebahagiaan seseorang dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita workaholic maupun lingkungannya untuk mengenali tanda-tanda dini dan segera mengambil langkah preventif atau kuratif. Dengan demikian, produktivitas tetap terjaga seiring tercapainya keseimbangan hidup.