Scroll untuk baca artikel
Bisnis

Retur: Pengembalian Barang karena Cacat

Avatar
×

Retur: Pengembalian Barang karena Cacat

Sebarkan artikel ini
Retur

Hai teman-teman! Dalam dunia bisnis, terutama bisnis ritel dan e-commerce, pasti pernah mengalami situasi di mana pembeli ingin mengembalikan barang yang telah dibeli. Nah, proses pengembalian barang ini dikenal dengan istilah retur. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang retur, mulai dari pengertian, jenis, alasan, dasar hukum, hingga prosesnya!

Apa itu Retur?

Retur adalah proses pengembalian barang yang dilakukan oleh pembeli kepada penjual karena alasan tertentu, seperti barang rusak, cacat, atau tidak sesuai pesanan. Secara umum, retur terbagi menjadi dua jenis utama:

  1. Retur Penjualan: Pengembalian barang oleh pembeli kepada penjual. Misalnya, kamu membeli sepatu online, tapi setelah diterima ternyata ada bagian yang cacat, maka kamu bisa melakukan retur penjualan.
  2. Retur Pembelian: Pengembalian barang oleh penjual kepada pemasok. Misalnya, toko baju menerima kiriman dari supplier, tapi ternyata ada beberapa potong baju yang cacat, maka toko bisa melakukan retur pembelian kepada supplier.

Alasan Melakukan Retur

Beberapa alasan umum mengapa pembeli melakukan retur penjualan antara lain:

  • Produk yang diterima cacat atau rusak
  • Produk tidak sesuai dengan deskripsi atau pesanan
  • Produk kelebihan kuantitas dari pesanan
  • Keterlambatan pengiriman produk

Sementara itu, penjual biasanya melakukan retur pembelian karena barang yang diterima dari supplier tidak sesuai dengan pesanan, baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun spesifikasi.

Dasar Hukum Retur

Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen berhak mengembalikan barang yang cacat atau tidak sesuai perjanjian. Penjual dilarang mencantumkan klausul yang menyatakan tidak menerima pengembalian barang, karena klausul tersebut batal demi hukum.

Baca Juga!  Mengoptimalkan Strategi Engagement Marketing untuk Meningkatkan Loyalitas Pelanggan

Dalam Islam, mengembalikan barang yang cacat dalam jual beli yang sah diperbolehkan berdasarkan Alquran Surat An-Nisa ayat 29 dan hadits tentang kambing yang susunya tidak diperas.[9] Ibnu Rusyd menyatakan bahwa pembeli berhak mengembalikan barang cacat dan menukarnya dengan barang yang tidak cacat.

Proses Retur

Proses retur biasanya melibatkan beberapa tahapan, seperti:

  1. Pembeli mengajukan klaim retur dengan menyertakan alasan dan bukti (foto, video, nota pembelian)
  2. Penjual memeriksa klaim dan memberikan persetujuan atau penolakan
  3. Jika disetujui, pembeli mengembalikan barang sesuai instruksi penjual
  4. Penjual menerima barang dan memproses pengembalian dana atau penggantian barang

Beberapa marketplace dan toko online juga menyediakan fitur untuk melacak status retur dan memudahkan proses pengembalian barang.

“Retur adalah hal yang wajar dalam bisnis ritel dan e-commerce. Dengan memahami proses retur dengan baik, kita bisa memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.” – Narasumber dari situs e-commerce

Contoh Jurnal Retur

Dalam akuntansi, retur penjualan dan retur pembelian harus dicatat dalam jurnal khusus. Berikut contoh jurnalnya:

Retur Penjualan

  • Debit: Retur Penjualan
  • Kredit: Piutang Usaha (untuk penjualan kredit) atau Kas (untuk penjualan tunai)

Retur Pembelian

  • Debit: Utang Usaha (untuk pembelian kredit) atau Kas (untuk pembelian tunai)
  • Kredit: Retur Pembelian

Contoh jurnal retur penjualan dalam sistem periodik

Nama AkunDebitKredit
Piutang Usaha61.000.000
Penjualan61.000.000
Retur Penjualan5.000.000
Piutang Usaha5.000.000

Nah, demikian penjelasan lengkap tentang retur, mulai dari pengertian, jenis, alasan, dasar hukum, proses, hingga contoh jurnalnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua ya! Jangan lupa untuk selalu menjaga kepuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik dalam menangani retur. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *