Selepas kegiatan pembelajaran, seorang guru melapor kepada kepala sekolah, kalau beberapa siswa dibawa ke kantor polisi karena terlibat tawuran dengan siswa dari sekolah lain. Kepala sekolah langsung menghubungi polisi untuk meminta penjelasan. Besok paginya, orang tua dan beberapa guru melakukan rapat membahas peristiwa tersebut. Diketahui, bahwa pelaku utamanya adalah 8 orang siswa yang satu minggu lagi akan mengikuti Ujian Akhir Sekolah UAS). Dilema ke-8 siswa tersebut, adalah apakah akan tetap dipertahankan dan diperbolehkan mengikuti UAS yang dampaknya dapat menjadi preseden buruk bagi siswa lain dan dikhawatirkan menurunkan reputasi sekolah. Siswa lain akan memiliki alasan untuk bersikap permisif (tidak apa-apa) terhadap kasus serupa di kemudian hari. Sebaliknya, jika mereka tidak diperbolehkan ikut UAS, maka itu bisa menghambat masa depan mereka. Berdasarkan kasus di atas, paradigma pengambilan keputusan yang dialami kepala sekolah adalah …
a. paradigma benar lawan salah
b. paradigma kebenaran lawan kesetiaan
c. paradigma jangka pendek lawan jangka panjang
d. paradigma individu lawan masyarakat
e. paradigma keadilan lawan rasa kasihan
Kasus yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam situasi ini adalah dilema etika yang kompleks. Kepala sekolah harus memilih antara dua pilihan yang masing-masing memiliki konsekuensi signifikan. Paradigma pengambilan keputusan yang dialami oleh kepala sekolah dalam kasus ini adalah paradigma individu lawan masyarakat.
Berikut adalah penjelasannya:
- Individu: Dalam hal ini, kepala sekolah harus mempertimbangkan masa depan 8 siswa yang terlibat tawuran. Jika mereka tidak diperbolehkan mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS), hal ini dapat menghambat masa depan mereka secara akademis dan profesional.
- Masyarakat: Di sisi lain, kepala sekolah juga harus mempertimbangkan dampak keputusan ini terhadap reputasi sekolah dan perilaku siswa lainnya. Memperbolehkan siswa yang terlibat tawuran untuk tetap mengikuti UAS dapat memberikan preseden buruk, yang mungkin membuat siswa lain merasa bahwa tindakan serupa dapat diterima tanpa konsekuensi serius. Hal ini dapat menurunkan reputasi sekolah di mata masyarakat dan menciptakan lingkungan yang permisif terhadap perilaku negatif.
Paradigma ini menekankan konflik antara kepentingan individu (masa depan siswa) dan kepentingan masyarakat (reputasi sekolah dan norma perilaku siswa lainnya) [1][2][3].
Citations:
[1] https://www.kherysuryawan.id/2023/03/pretest-tes-awal-modul-3-guru-penggerak.html
[2] https://www.sinau-thewe.com/2023/12/postest-modul-3-guru-penggerak-2023.html
[3] https://www.silabus.web.id/soal-post-test-modul-3-guru-penggerak/