Budi pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa, dan karya. Pendidik dapat mengembangkan pembelajaran untuk menstimulasi budi pekerti anak melalui kegiatan berikut ini, kecuali …
A. Guru mengajarkan pada anak tenang nilai-nilai budi pekerti dan memberikan contohnya
B. Guru melakukan penilaian pemahaman anak terkait dengan pengetahuan budi pekerti melalui tes lisan dan tertulis
C. Guru mengajak anak berdiskusi tentang budi pekerti sembari memberikan contoh-contohnya
D. Guru mengajarkan budi pekerti dan memberikan teladan praktik pengamalan budi pekerti
Dalam konteks pengembangan budi pekerti anak melalui pembelajaran, ada beberapa metode yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk menstimulasi budi pekerti anak. Namun, di antara pilihan yang diberikan, ada satu yang kurang sesuai dengan tujuan pengembangan budi pekerti. Berikut adalah analisis dari setiap opsi:
A. Guru mengajarkan pada anak tentang nilai-nilai budi pekerti dan memberikan contohnya: Metode ini sangat relevan karena mengajarkan nilai-nilai budi pekerti secara langsung dan memberikan contoh konkret yang dapat diikuti oleh anak-anak[1][3].
B. Guru melakukan penilaian pemahaman anak terkait dengan pengetahuan budi pekerti melalui tes lisan dan tertulis: Meskipun penilaian pemahaman penting, metode ini lebih berfokus pada aspek kognitif dan kurang menekankan pada pengembangan karakter dan perilaku yang seharusnya menjadi fokus utama dalam pendidikan budi pekerti[5].
C. Guru mengajak anak berdiskusi tentang budi pekerti sembari memberikan contoh-contohnya: Diskusi interaktif merupakan cara efektif untuk menumbuhkan pemahaman dan penerapan budi pekerti, karena anak-anak dapat belajar dari pengalaman dan pandangan orang lain[3][4].
D. Guru mengajarkan budi pekerti dan memberikan teladan praktik pengamalan budi pekerti: Memberikan teladan adalah salah satu cara paling efektif untuk menanamkan budi pekerti, karena anak-anak cenderung meniru perilaku yang mereka amati dari orang dewasa di sekitar mereka[3][4].
Berdasarkan analisis di atas, opsi B adalah yang kurang sesuai untuk menstimulasi budi pekerti anak, karena lebih berfokus pada penilaian kognitif daripada pengembangan karakter dan perilaku.
Citations:
[1] https://sma.nurlintang.sch.id/read/12/menumbuhkan-budi-pekerti-peserta-didik-dalam-proses-pembelajaran
[2] https://insanq.co.id/artikel/menumbuhkan-budi-pekerti-pada-anak-usia-dini/
[3] https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/viewFile/4307/3279
[4] https://www.neliti.com/publications/319221/pelaksanaan-pendidikan-budi-pekerti-dalam-membentuk-karakter-siswa-di-sekolah-me
[5] https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7297021/apa-itu-budi-pekerti-ini-pengertian-dan-penerapannya-dalam-pendidikan
[6] https://media.neliti.com/media/publications/69136-ID-strategi-implementasi-pendidikan-budi-pe.pdf
[7] http://yd.blog.um.ac.id/5-aktivitas-untuk-mengembangkan-nilai-agama-dan-moral-pada-anak-dalam-kehidupan-sehari-hari/
[8] https://www.kompasiana.com/pelajarwajo8167/6453a05c4addee2d8676ca83/cara-menumbuhkan-dan-melatih-budi-pekerti-murid
[9] https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK/article/download/487/444
[10] https://id.scribd.com/document/325762313/Pendidikan-Budi-Pekerti