Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Perkembangan Kognitif Anak Menurut Teori Piaget

Avatar
×

Perkembangan Kognitif Anak Menurut Teori Piaget

Sebarkan artikel ini
Perkembangan Kognitif Anak Menurut Teori Piaget

Perkembangan kognitif atau intelektual pada anak telah lama menjadi topik yang menarik untuk dikaji. Salah satu tokoh penting dalam bidang ini adalah Jean Piaget, seorang psikolog Perancis yang mempelajari bagaimana anak-anak berpikir dan memproses informasi.

Dia mengidentifikasi empat tahap utama perkembangan kognitif yang dilalui anak-anak. Mari kita bahas satu per satu ya!

Tahap 1: Sensorimotor

Tahap sensorimotor mencakup rentang usia lahir hingga sekitar 2 tahun. Pada masa ini, bayi menggunakan indera (sensor) dan kemampuan motoriknya untuk mempelajari dunia.

Bayi pada tahap sensorimotor mempelajari dunia menggunakan indera dan motoriknya

Contohnya, dengan melihat dan meraih mainan gantung di atas boks bayi, si kecil belajar tentang ruang dan jarak. Atau dengan menjatuhkan botol susunya berkali-kali, dia memahami prinsip sebab-akibat—bahwa botolnya akan jatuh setiap kali dilepas.

Pada akhir tahap ini, bayi juga mulai paham konsep “objek permanen”, yaitu bahwa objek masih ada meskipun tidak terlihat. Sebelumnya, begitu mainannya disembunyikan, bayi bersikap seolah mainan itu lenyap selamanya!

Tahap 2: Praoperasional

Setelah melewati ulang tahun kedua, anak memasuki tahap praoperasional yang berlangsung hingga sekitar usia 7 tahun. Ciri khas masa ini adalah mulai berkembangnya kemampuan bahasa dan simbolik si kecil.

Misalnya, dengan meniru suara mobil-mobilan atau pura-pura minum dari cangkir mainan kosong. Anak juga sudah bisa mengklasifikasikan benda, seperti memisahkan kubus merah dari kubus biru, meski masih belum sempurna.

Sayangnya, cara berpikir anak pada tahap ini masih sangat egosentris dan kaku. Dia kesulitan memahami sudut pandang orang lain. Juga sulit berpikir logis soal hal-hal yang abstrak.

Sebagai contoh, Rafi (5 tahun) tidak mengerti mengapa adiknya menangis ketika boneka kesayangannya rusak. Bagi Rafi, mainan itu kan bisa diganti dengan yang baru!

Baca Juga!  Peran Penting Proposal dalam Mencapai Dukungan Dana untuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Tahap 3: Operasional Konkret

Pada rentang usia 7 hingga 11 tahun, anak memasuki tahap operasional konkret. Kemampuan berpikir logisnya sudah jauh lebih baik, meski masih terbatas pada hal-hal konkret saja.

Anak usia sekolah dasar sudah bisa berpikir logis mengenai hal-hal konkret

Anak sudah memahami konsep seperti kelompok, urutan, penyebab-akibat, dan koordinasi perspektif. Misalnya, mereka bisa mengelompokkan hewan berdasarkan habitatnya, atau memahami jika hujan maka jalanan licin.

Cara berpikir anak juga tidak lagi egosentris. Mereka mampu melihat sudut pandang orang lain. Sebagai contoh, Rafi kini mengerti mengapa adiknya sedih kehilangan bonekanya.

Meski demikian, anak pada tahap ini belum bisa berpikir abstrak atau hipotetis. Mereka masih perlu contoh konkret untuk memahami sesuatu.

Tahap 4: Operasional Formal

Akhirnya, sekitar usia 11 tahun, anak memasuki tahap operasional formal yang berlangsung hingga dewasa. Kemampuan berpikir abstraknya sudah matang. Remaja mampu menggunakan logika secara fleksibel, mempertimbangkan semua kemungkinan untuk memecahkan masalah, bukan hanya berdasarkan contoh konkret. Mereka juga sudah bisa berpikir tentang hal-hal hipotetis.

Sebagai contoh, remaja sudah bisa memahami konsep seperti keadilan atau cinta tanpa harus dicontohkan. Mereka juga mampu memecahkan masalah dengan memikirkan berbagai solusi alternatif secara sistematis.

Nah, itu dia empat tahap utama perkembangan kognitif menurut teori Piaget. Apa kesanmu setelah membaca artikel ini?

Menarik bukan melihat bagaimana cara berpikir dan memahami dunia anak-anak berkembang seiring pertumbuhannya?

Piaget memberi pemahaman mendalam tentang proses mental anak di berbagai fase perkembangan. Informasi ini sangat bermanfaat bagi orangtua dan pendidik.

Dengan memahami tahapan kognitif anak, kita bisa menerapkan strategi parenting dan pengajaran yang sesuai, sehingga proses belajar dan perkembangan anak bisa berjalan optimal.

Semoga info ini bermanfaat ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *