Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2013, pemerintah memperkenalkan Kurikulum 2013 (disingkat K13) untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kemudian pada tahun 2022, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim memperkenalkan kebijakan baru yaitu Kurikulum Merdeka.
Kedua kurikulum ini memiliki perbedaan mendasar dalam berbagai aspek, mulai dari fokus, pendekatan, fleksibilitas, penilaian, hingga perangkat pembelajaran yang digunakan. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail mengenai:
- Perbedaan fokus dan pendekatan pembelajaran
- Tingkat fleksibilitas kurikulum
- Perbedaan sistem penilaian
- Perangkat ajar yang digunakan
- Perbedaan perangkat kurikulum
Mari kita bahas satu per satu!
1. Fokus dan Pendekatan Pembelajaran
Fokus utama dan pendekatan pembelajaran pada K13 dan Kurikulum Merdeka sangat berbeda. Berikut perbedaannya:
Kurikulum 2013
K13 berfokus pada pembelajaran berbasis kompetensi dengan menerapkan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan) dalam proses pembelajarannya. Guru diharapkan menggunakan pendekatan ini dalam setiap mata pelajaran.
Tujuan dari pendekatan saintifik ini adalah agar siswa lebih aktif dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Siswa didorong untuk menemukan fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperoleh dari proses pembelajaran mandiri.
Kurikulum Merdeka
Sementara itu, Kurikulum Merdeka berfokus pada penguatan karakter dan kompetensi abad 21. Siswa diberi kebebasan untuk memilih cara dan konten belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing.
Kurikulum Merdeka meniadakan pendekatan saintifik yang diwajibkan dalam K13. Guru diberi keleluasaan penuh untuk menentukan metode mengajar yang paling efektif sesuai kondisi dan kebutuhan siswa.
Dengan demikian, terlihat bahwa K13 lebih kaku dan terstruktur, sementara Kurikulum Merdeka memberikan otonomi yang lebih besar kepada guru.
2. Tingkat Fleksibilitas Kurikulum
K13 dan Kurikulum Merdeka juga berbeda dalam hal fleksibilitas kurikulum dan pembelajaran. Berikut analisisnya:
Kurikulum 2013
Dalam K13, struktur kurikulum, standar kompetensi, dan alokasi waktu pembelajaran sangat rigid. Misalnya, pelajaran matematika di kelas 4 SD mendapat alokasi waktu 5 jam pelajaran per minggu.
K13 juga menetapkan ratio mata pelajaran wajib dan pilihan yang harus dipatuhi oleh sekolah. Misalnya pelajaran PPKn harus mendapat porsi minimal 5% dari total alokasi waktu.
Dengan demikian, sekolah dan guru tidak punya banyak ruang untuk berkreasi dalam mengelola kurikulum dan pembelajaran. Mereka harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan pemerintah pusat.
Kurikulum Merdeka
Sebaliknya, Kurikulum Merdeka memberi fleksibilitas dan keleluasaan yang jauh lebih besar kepada sekolah dan guru.
Sekolah dapat menyusun kurikulum operasional sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Misalnya, sekolah di daerah pesisir dapat memberi porsi lebih banyak untuk muatan lokal terkait kelautan.
Begitu pula guru diberi kewenangan penuh soal metode dan aktivitas pembelajaran di kelas. Mereka tidak terikat dengan aturan yang kaku seperti pada K13.
Dengan kata lain, Kurikulum Merdeka memberi otonomi penuh pada sekolah dan guru untuk berinovasi.
3. Perbedaan Sistem Penilaian
Sistem penilaian pada K13 dan Kurikulum Merdeka juga sangat kontras. Berikut analisisnya:
Kurikulum 2013
Penilaian dalam K13 berfokus mengukur capaian kompetensi akademik/keilmuan siswa berdasarkan standar yang sudah ditentukan.
Penilaian mencakup ulangan harian, ujian tengah/akhir semester, ujian sekolah, dan ujian nasional. Hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka misalnya 7,5 atau 8,3.
Kurikulum Merdeka
Sementara Kurikulum Merdeka menitikberatkan penilaian karakter dan keterampilan abad 21, seperti kolaborasi, berpikir kritis, dan literasi digital.
Selain itu Kurikulum Merdeka juga menilai profil Pelajar Pancasila yaitu pelajar yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
Hasil penilaian disajikan dalam bentuk deskripsi kualitatif, bukan angka. Misalnya, “Siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam mengerjakan proyek kelompok”.
Dengan demikian, terlihat perbedaan mendasar antara sistem penilaian pada K13 dan Kurikulum Merdeka.
4. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada K13 dan Kurikulum Merdeka juga sangat berbeda, sebagai berikut:
Kurikulum 2013
Dalam K13, buku teks pelajaran dijadikan sebagai sumber belajar utama. Buku teks wajib mengacu pada standar isi dan standar kompetensi yang sudah ditetapkan.
Selain buku teks, bahan ajar lain seperti LKPD, modul, video pembelajaran, dsb. tidak begitu ditekankan.
Kurikulum Merdeka
Sementara dalam Kurikulum Merdeka, buku teks hanya salah satu alternatif sumber belajar, bukan yang utama.
Pemerintah menyediakan contoh-contoh modul dan bahan ajar digital yang dapat diakses secara daring. Guru juga didorong untuk mengembangkan bahan ajar sendiri.
Dengan demikian, Kurikulum Merdeka memberikan pilihan perangkat pembelajaran yang lebih kaya dan bervariasi dibanding K13.
5. Perbedaan Perangkat Kurikulum
Terakhir, K13 dan Kurikulum Merdeka juga berbeda dalam hal perangkat kurikulum seperti panduan implementasi dan contoh dokumen kurikulum.
Kurikulum 2013
K13 dilengkapi dengan panduan pelaksanaan kurikulum yang rinci, mulai dari prinsip implementasi, hingga contoh RPP, silabus, dan prota/promes.
Dokumen kurikulum K13 seragam untuk seluruh Indonesia. Sekolah hanya perlu mengikuti template yang sudah disediakan.
Kurikulum Merdeka
Sementara Kurikulum Merdeka hanya menyediakan kerangka dan prinsip dasar, tanpa ada aturan teknis yang rinci.
Pemerintah menyediakan contoh kurikulum operasional sekolah sebagai inspirasi, namun sekolah bebas menyusun sendiri dokumen kurikulumnya.
Jadi Kurikulum Merdeka memberi otonomi lebih besar dan tidak ada template seragam seperti pada K13.
Itulah 5 perbedaan utama antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dilihat dari berbagai aspek. Secara keseluruhan, Kurikulum Merdeka jauh lebih fleksibel dan memberi otonomi luas kepada sekolah dan guru. Sementara K13 lebih kaku dan terstruktur ketat.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah pemahaman Bapak/Ibu guru mengenai dua kurikulum di Indonesia saat ini. Untuk informasi lebih lengkap, silakan kunjungi laman resmi Kemendikbudristek atau tanyakan ke Dinas Pendidikan setempat. Terima kasih dan salam pendidikan!