Teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Lev Vygotsky telah banyak mempengaruhi praktik pendidikan dan pembelajaran sampai saat ini. Inti dari teori Vygotsky adalah pandangannya bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada manusia berkembang dari interaksi sosial. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan interaksi sosial agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Interaksi Sosial Penting untuk Perkembangan Kognitif
Menurut Vygotsky, interaksi sosial sangat penting untuk perkembangan fungsi mental yang lebih tinggi seperti bahasa, pemikiran, dan penalaran. Saat berinteraksi, anak belajar strategi pemecahan masalah dari orang dewasa atau teman sebayanya yang lebih mampu. Strategi ini kemudian diinternalisasi menjadi bagian dari perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, guru perlu menciptakan pengaturan kelas yang kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah. Misalnya dengan belajar dalam kelompok kecil atau melakukan diskusi klasikal.
Scaffolding untuk Mencapai Potensi Siswa
Selain interaksi sosial, Vygotsky juga menekankan peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam membantu anak mencapai tingkat perkembangan berikutnya. Bantuan ini disebut scaffolding, yaitu pemberian bantuan yang disesuaikan dengan kemampuan anak saat ini untuk membantu mereka mencapai potensi perkembangannya.
Scaffolding bisa dilakukan guru dengan:
- Memberikan petunjuk/contoh pemecahan masalah
- Memberikan dorongan dan motivasi
- Mengarahkan perhatian siswa pada aspek penting tugas
- Mengontrol tingkat kesulitan dan frustasi siswa
Bantuan ini perlahan-lahan ditarik saat siswa sudah mampu mandiri. Dengan scaffolding, siswa dapat mengerjakan tugas yang sebenarnya berada di luar jangkauan kemampuan aktual mereka.
Menilai Zone of Proximal Development Siswa
Untuk bisa memberikan scaffolding secara efektif, guru perlu menilai Zone of Proximal Development (ZPD) setiap siswa. ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual (yang diukur dengan kemampuan menyelesaikan tugas secara mandiri) dan tingkat perkembangan potensial (yang diukur dengan kemampuan menyelesaikan tugas dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu).
Dengan menilai ZPD siswa, guru bisa mengetahui:
- Kemampuan aktual siswa saat ini
- Tingkat tantangan/bantuan yang diperlukan siswa untuk mencapai potensinya
Penilaian ZPD bisa dilakukan guru dengan:
- Memberikan tes formal untuk mengetahui kemampuan aktual siswa
- Memberikan tantangan/bantuan untuk mengetahui kemampuan potensial siswa
- Mengamati kemajuan siswa dalam mengerjakan tugas dengan bantuan
Mendorong Siswa Saling Mengajari
Selain interaksi guru dan siswa, Vygotsky juga menekankan peran interaksi antar siswa. Siswa yang lebih mampu bisa membantu temannya yang kurang mampu, sehingga keduanya sama-sama belajar.
Praktik pembelajaran yang sesuai dengan konsep ini adalah peer tutoring (siswa saling mengajari). Beberapa contoh penerapannya:
- Siswa berprestasi mengajari temannya dalam kelompok belajar
- Siswa yang lebih paham konsep ditunjuk membantu menjelaskan pada temannya
- Siswa saling mengoreksi pekerjaan/jawaban temannya
Dengan peer tutoring, interaksi antar siswa dapat meningkat, sehingga keduanya sama-sama belajar.
Diskusi dan Interaksi Antar Siswa
Penerapan lain dari prinsip Vygotsky adalah memberikan kesempatan diskusi dan interaksi antar siswa, baik dalam kelompok kecil maupun klasikal.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan:
- Diskusi kelompok untuk menyelesaikan masalah
- Berbagi strategi pemecahan masalah di depan kelas
- Melakukan debat dua tim untuk persoalan kontroversial
- Curah pendapat tentang topik pelajaran
Melalui interaksi inilah siswa dapat saling memunculkan strategi baru dalam memecahkan masalah, sehingga berkembang secara kognitif.
Permainan dan Kegiatan Simbolik
Selain interaksi sosial, Vygotsky juga menekankan peran permainan dan kegiatan simbolik dalam perkembangan kognitif. Melalui bermain peran dan drama misalnya, siswa belajar untuk berpikir abstrak menggunakan simbol.
Guru bisa menerapkan prinsip ini dengan memanfaatkan permainan dan kegiatan simbolik untuk menstimulasi imajinasi dan kreativitas siswa. Misalnya bermain teka-teki, melakukan simulasi, bermain peran sejarah, dan lain-lain.
Dengan demikian, perkembangan kognitif dan kreativitas siswa dapat distimulasi secara optimal melalui penerapan berbagai prinsip dari teori Vygotsky ini.