Sobat, pernahkah kalian mendengar tentang Enterprise Risk Management atau disingkat ERM? Ini merupakan sebuah pendekatan yang semakin populer di dunia bisnis untuk mengelola berbagai risiko yang dihadapi perusahaan. Nah, salah satu kerangka ERM yang paling terkenal adalah yang dikembangkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission atau biasa disebut COSO.
Tapi, tahukah kalian bahwa penerapan ERM COSO ini bukan hanya sekadar tools manajemen risiko biasa lho. Ternyata, implementasi ERM juga bisa mempengaruhi nilai-nilai dan budaya perusahaan secara keseluruhan. Penasaran kan gimana ceritanya? Yuk, kita bahas bareng-bareng!
Memperkenalkan Budaya Risiko di Perusahaan
Pertama-tama, dengan menerapkan ERM, perusahaan sebetulnya berusaha membangun kesadaran dan pemahaman bersama tentang risiko di seluruh organisasi. Jadi, semua orang di perusahaan, mulai dari top manajemen sampai karyawan di level bawah, diajak untuk lebih peka dan peduli terhadap risiko yang mungkin timbul dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
Bayangkan aja, kalau sebelumnya mungkin risiko hanya diurus sama divisi manajemen risiko atau finance, sekarang jadi “PR” bersama semua orang. Keren kan? Ini yang disebut sebagai membangun budaya risiko.
Contoh Nyata Budaya Risiko
Misalnya nih di perusahaan energi ternama Chevron. Mereka menerapkan program “Operational Excellence” yang salah satu fokusnya adalah membangun budaya sadar risiko. Setiap karyawan, bahkan yang bekerja di lapangan seperti di pengeboran minyak, dilatih untuk mengidentifikasi dan melaporkan potensi risiko sekecil apapun.
Hasilnya, angka kecelakaan kerja di Chevron berhasil ditekan secara signifikan lho. Ini menunjukkan budaya risiko yang kuat bisa membawa dampak positif bagi perusahaan.
Menyamakan Persepsi Risiko Antar Departemen
Nah, dengan budaya risiko yang sudah terbangun, penerapan ERM juga mendorong komunikasi yang baik antar departemen untuk bersama-sama menentukan tingkat risiko yang dapat diterima perusahaan. Jadi, nggak ada lagi tuh istilah “yang penting untung besar, risiko belakangan”. Semua harus selaras dan sepakat mau ambil risiko sebesar apa.
Kalau sudah sama persepsinya, koordinasi dalam menangani risiko pun jadi lebih mudah. Misalnya, divisi sales mau kasih diskon gede-gedean ke klien, tapi divisi finance dan legal sudah remind risikonya apa aja. Akhirnya, diputuskan bareng-bareng deh mau gimana jalan tengahnya yang acceptable.
Contoh Kasus Miskomunikasi Risiko
Pentingnya komunikasi risiko ini terbukti banget dari kasus skandal manipulasi emisi yang menimpa Volkswagen di 2015. Terungkap bahwa ada ketidaksinkronan antara divisi engineering yang fokus inovasi dengan divisi compliance yang menjaga kepatuhan aturan.
Akibatnya, ada celah yang akhirnya dimanfaatkan oknum untuk curang demi mencapai target. Andai saja ada komunikasi dan kesepakatan risiko yang solid lintas departemen, mungkin skandal ini bisa dihindari.
Mendukung Pencapaian Tujuan Perusahaan
Sobat, jangan salah sangka ya. Penerapan ERM itu bukan untuk membatasi atau menghalangi perusahaan dalam meraih tujuannya. Justru sebaliknya, ERM dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi perusahaan dan mengelola risikonya sesuai risk appetite.
Dengan begitu, perusahaan bisa tetap fokus mengejar target dengan lebih percaya diri karena sudah memitigasi risiko yang mungkin menghadang. Ibarat mau naik gunung, kita sudah siapin perlengkapan dan antisipasi cuaca buruk. Jadi, tetap semangat mencapai puncak!
Tujuan Perusahaan | Risiko Terkait | Mitigasi Risiko |
---|---|---|
Pertumbuhan pendapatan 20% | Persaingan ketat, perubahan selera konsumen | Inovasi produk, riset pasar, diversifikasi |
Ekspansi ke luar negeri | Risiko geopolitik, perbedaan budaya | Studi kelayakan, partner lokal, asuransi |
Peningkatan efisiensi biaya | Kegagalan teknologi, fraud | Audit rutin, kontrol internal, backup data |
Contoh Nyata Pencapaian Tujuan dengan ERM
Salah satu kisah sukses penerapan ERM untuk mendukung tujuan perusahaan datang dari Telkom Indonesia. Sebagai BUMN di industri telekomunikasi yang sangat dinamis, Telkom menghadapi berbagai risiko mulai dari perubahan teknologi, kompetisi, regulasi, sampai isu sosial-lingkungan.
Namun, dengan framework ERM COSO yang solid, Telkom berhasil memetakan dan mengelola risikonya dengan baik sehingga tetap mampu mencatatkan kinerja positif. Bahkan, Telkom dinobatkan sebagai BUMN dengan implementasi GCG dan manajemen risiko terbaik di ajang BUMN Performance Excellence Award 2021. Mantap!
Telkom ERM
Sumber: Telkom Indonesia
Meningkatkan Nilai Perusahaan di Mata Investor
Nah, ini nih sobat salah satu “bonus” dari penerapan ERM. Ternyata, pengungkapan implementasi ERM dipandang sebagai sinyal positif oleh investor lho. Soalnya, ini menunjukkan komitmen kuat perusahaan dalam mengelola risiko dengan baik dan transparan.
Perusahaan yang menerapkan ERM dianggap lebih siap menghadapi ketidakpastian, punya tata kelola yang baik, dan lebih sustainable. Kualitas-kualitas ini jelas dicari investor dalam memilih perusahaan untuk investasi jangka panjang.
Kalau investor sudah percaya dan berbondong-bondong masuk, ya bisa ditebak harga saham perusahaan pun berpotensi naik. Mantap jiwa!
Bukti Empiris Dampak ERM terhadap Nilai Perusahaan
Jangan hanya percaya omongan saya, ada bukti ilmiahnya kok. Sebuah studi di Indonesia menganalisis pengaruh penerapan ERM terhadap nilai 35 perusahaan publik di BEI periode 2010-2013.
Hasilnya signifikan, perusahaan dengan tingkat implementasi ERM yang lebih tinggi dan mature secara konsisten punya nilai perusahaan yang lebih tinggi pula, diukur dengan rasio Tobin’s Q. Tobin’s Q sendiri mencerminkan valuasi pasar terhadap aset perusahaan.
Jadi, memang benar ada korelasi positif antara kualitas penerapan ERM dengan apresiasi investor di bursa.
Mendorong Peningkatan Kinerja Perusahaan
Terakhir sobat, dengan mengelola risiko secara efektif melalui ERM, perusahaan bisa meminimalkan dampak kerugian dari berbagai risiko yang muncul. Misal, risiko fraud bisa dimitigasi dengan kontrol internal yang ketat, risiko kecelakaan kerja bisa ditekan dengan protokol K3 yang disiplin, dan sebagainya.
Kalau sudah begini, perusahaan bisa beroperasi dengan lebih efisien dan produktif dong. Nggak perlu pusing dan pontang-panting gara-gara kena risiko yang nggak diantisipasi. Alhasil, bottom line alias kinerja keuangan pun bisa ikut terkerek naik.
Contoh Nyata Dampak ERM terhadap Kinerja
Sekedar ilustrasi, nih. Astra International, salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia, sudah lama menerapkan ERM secara serius. Hasilnya, Astra relatif resilien saat dihantam pandemi Covid-19 yang tentunya membawa banyak risiko tak terduga.
Di saat banyak perusahaan lain merugi, Astra masih mampu membukukan laba bersih Rp 17,1 triliun di 2020. Meski turun dari 2019, pencapaian ini tetap impresif di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian. Ini menunjukkan kematangan implementasi ERM di Astra membuahkan hasil nyata.
Kesimpulan
Jadi sobat, kita sudah bahas bareng-bareng ya gimana penerapan ERM dengan framework COSO bisa mempengaruhi budaya dan nilai-nilai perusahaan. Mulai dari membangun budaya sadar risiko, menyamakan persepsi risiko lintas departemen, mendukung pencapaian tujuan, meningkatkan nilai di mata investor, sampai mendongkrak kinerja perusahaan.
Intinya, ERM itu bukan sekadar tools atau prosedur baku, tapi lebih ke mindset dan kultur yang harus diinternalisasi seluruh elemen perusahaan. Kalau sudah jadi DNA perusahaan, manfaatnya pun akan terasa signifikan dan komprehensif.
Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita semua tentang peran penting ERM ya. Jangan lupa dishare ke teman-teman atau kolega yang lagi pengin memahami atau menerapkan ERM di perusahaannya. Siapa tahu bisa jadi insight berharga.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya!