Kalian tahu nggak sih kalau patient safety atau keselamatan pasien itu jadi prioritas utama di rumah sakit? Nah, biar pasien kita aman selama dirawat, kita harus ubah dulu model mental atau cara pandang kita tentang patient safety ini.
Apa itu model mental? Jadi, model mental itu kayak kerangka berpikir kita dalam memahami suatu hal. Nah, kita bakal bahas model mental baru yang perlu kita terapkan agar patient safety di rumah sakit bisa tercapai. Siap?
1. Shared Mental Model: Satu Persepsi, Satu Tujuan!
Konsep pertama nih, shared mental model atau model mental bersama. Intinya, semua tim kesehatan, mulai dari dokter, perawat, bidan, hingga cleaning service harus punya persepsi dan pemahaman yang sama terkait:
- Urutan tugas yang harus dilakukan
- Pembagian tanggung jawab masing-masing
- Rencana penanganan pasien
Nah, biar bisa tercapai, kita harus komunikasi dengan efektif ya. Salah satu metodenya pake SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation).
Contohnya gini, misal ada pasien yang harus dapat obat dalam waktu tertentu. Nah, dengan shared mental model, dokter, perawat, dan farmasi bakal sama-sama paham situasi pasien, riwayat kesehatannya, penilaian kondisi saat itu, dan rekomendasi tindakan selanjutnya. Jadi, nggak akan ada miss komunikasi yang bisa membahayakan pasien.
2. Budaya Keselamatan Pasien: Jadi Prioritas Utama!
Selanjutnya, kita harus bangun budaya keselamatan pasien di rumah sakit kita. Budaya ini meliputi:
- Tanggung jawab bersama dalam menjaga keselamatan pasien
- Memprioritaskan keselamatan pasien di atas segalanya
- Keterbukaan dalam melaporkan insiden terkait keselamatan
- Belajar dari insiden untuk mencegah terulang
- Penyediaan sumber daya yang memadai untuk keselamatan pasien
Contohnya, kalau ada perawat yang lupa memberikan obat ke pasien, dia harus dengan terbuka melaporkan kejadian ini tanpa rasa takut dihukum. Nah, dari laporan ini, kita bisa menganalisis akar masalahnya, apakah karena kelebihan beban kerja atau mungkin prosedur yang kurang jelas. Setelah itu, kita evaluasi dan perbaiki sistem agar insiden serupa tidak terulang.
Atau misal ada unit yang berhasil mencapai zero accident selama setahun. Nah, kita bisa apresiasi dengan reward agar memotivasi unit lain juga untuk terus meningkatkan budaya keselamatan pasien.
3. Keterlibatan dan Kepemimpinan Klinisi
Poin selanjutnya, keselamatan pasien nggak akan berjalan maksimal kalau nggak ada keterlibatan dan kepemimpinan dari para klinisi, yakni dokter dan perawat. Mereka harus berperan aktif dalam:
- Perencanaan program keselamatan pasien
- Pengambilan keputusan terkait keselamatan
- Evaluasi penerapan keselamatan pasien
Kenapa harus klinisi? Karena merekalah yang paling paham proses klinis dan berinteraksi langsung dengan pasien. Jadi, masukan dan kepemimpinan mereka sangat dibutuhkan.
Contohnya, dalam menyusun prosedur operasional baru terkait keselamatan pasien, kita harus libatkan dokter dan perawat. Mereka yang paling tahu kendala di lapangan, jadi bisa memberikan masukan agar prosedur yang dibuat nggak ribet dan bisa diterapkan dengan baik.
4. Pendekatan Sistem: Jangan Salahkan Individu
Dalam melihat insiden keselamatan pasien, kita nggak boleh gampang menyalahkan individu ya. Kita harus pakai pendekatan sistem yang menyadari bahwa kesalahan bisa terjadi karena kegagalan di berbagai tingkat sistem, bukan hanya salah satu orang.
Jadi, kalau ada insiden, kita nggak boleh langsung judge si perawat atau dokternya yang salah. Kita harus lihat dari perspektif sistem. Mungkin karena prosedurnya kurang jelas, atau mungkin lingkungan kerjanya nggak mendukung. Nah, dari situ kita bisa perbaiki sistem secara menyeluruh.
5. Terus Belajar dari Insiden
Poin terakhir, setiap insiden keselamatan pasien harus kita jadikan pembelajaran untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang. Caranya dengan melaporkan dan menganalisis akar penyebab insiden secara terbuka.
Misal, ada pasien jatuh dari tempat tidur. Nah, kita nggak boleh berhenti di situ aja. Kita harus usut tuntas apa penyebabnya, apakah karena pegangan tempat tidurnya kurang kuat, atau mungkin pasiennya memang berisiko jatuh tapi nggak diawasi dengan baik. Dari situ, kita bisa mengambil langkah perbaikan seperti mengganti pegangan yang lebih kuat atau meningkatkan pengawasan pada pasien berisiko.
Nah, itu tadi lima model mental baru yang harus kita terapkan dalam menjaga keselamatan pasien di rumah sakit. Pokoknya, yang terpenting adalah kita harus satu visi, satu persepsi dalam memprioritaskan keselamatan pasien. Karena dengan begitu, kita bisa mencegah insiden yang nggak diinginkan dan membuat pelayanan kita lebih aman untuk pasien.
Oh iya, selain kelima hal di atas, kita juga butuh pelatihan berkala untuk staff, komunikasi yang baik antar-unit, kerja sama tim yang solid, serta dukungan penuh dari manajemen dan penyediaan sumber daya yang memadai. Dengan begitu, perubahan model mental ini bisa benar-benar terwujud dan terciptalah lingkungan yang lebih aman bagi pasien kita.
Daftar Istilah
- Patient Safety: Penghindaran dan pencegahan cedera pada pasien serta pencegahan kejadian yang tidak diharapkan dalam proses pelayanan kesehatan.
- Shared Mental Model: Model mental bersama di mana terdapat kesamaan persepsi dan pemahaman di antara anggota tim tentang urutan tugas, pembagian tanggung jawab, dan rencana penanganan pasien.
- SBAR: Metode komunikasi efektif yang mencakup Situation (Situasi), Background (Latar Belakang), Assessment (Penilaian), dan Recommendation (Rekomendasi).
- Budaya Keselamatan Pasien: Nilai, sikap, kompetensi, dan pola perilaku individu serta kelompok yang menentukan komitmen terhadap program keselamatan pasien.
- Insiden Keselamatan Pasien: Kejadian yang tidak diharapkan dan dapat mengakibatkan cedera pada pasien.
Gambar Pendukung
Dimensi Budaya Keselamatan Pasien | Contoh |
---|---|
Keterbukaan komunikasi | Perawat berani melaporkan insiden keselamatan pasien tanpa rasa takut |
Pembelajaran organisasi | Rumah sakit menganalisis akar masalah insiden dan mengambil langkah perbaikan |
Dukungan manajemen | Manajemen menyediakan sumber daya memadai untuk program keselamatan pasien |
Tabel: Dimensi budaya keselamatan pasien dan contohnya
“Keselamatan pasien bukan hanya tanggung jawab satu orang, tetapi tanggung jawab kita bersama. Dengan model mental yang sama, kita bisa mewujudkan lingkungan yang lebih aman bagi pasien kita.” – Kutipan Kepala Keperawatan
Oke, sekian dulu ya pembahasannya! Kalau ada yang mau ditanyakan atau didiskusikan lagi, jangan ragu untuk hubungi aku. Ingat, patient safety adalah prioritas kita! Ayo, kita ubah model mental kita menjadi lebih baik demi keselamatan pasien!
Untuk informasi lebih lengkap, kalian juga bisa baca artikel terkait di: