Scroll untuk baca artikel
Rupa

Mengapa Jumlah Tenaga Kesehatan Di Papua Barat Jauh Lebih Sedikit Dibandingkan Dengan Wilayah Indonesia Bagian Barat

Avatar
×

Mengapa Jumlah Tenaga Kesehatan Di Papua Barat Jauh Lebih Sedikit Dibandingkan Dengan Wilayah Indonesia Bagian Barat

Sebarkan artikel ini
Mengapa Jumlah Tenaga Kesehatan Di Papua Barat Jauh Lebih Sedikit Dibandingkan Dengan Wilayah Indonesia Bagian Barat

Papua dan Papua Barat adalah dua provinsi paling timur di Indonesia yang memiliki luas wilayah sangat besar, mencakup sekitar 21% total luas daratan Indonesia. Namun ironisnya, kedua provinsi ini justru paling minim jumlah tenaga kesehatan dibandingkan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.

Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2021, rasio dokter per 100.000 penduduk di Papua Barat hanya 20,7. Angka ini jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 95,3. Begitu pula untuk rasio bidan, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.

Mengapa Jumlah Tenaga Kesehatan di Papua Barat Sangat Sedikit?

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan jumlah tenaga kesehatan di Papua Barat sangat minim, antara lain:

Aksesibilitas yang Terbatas

Luas wilayah Papua Barat mencapai 9.7 juta hektar dengan sebagian besar berupa hutan belantara yang sulit dijangkau. Transportasi dan infrastruktur masih sangat terbatas. Hal ini tentu saja menyulitkan distribusi tenaga kesehatan ke seluruh pelosok.

Menurut Dinas Kesehatan setempat, 40% fasilitas kesehatan di Papua Barat hanya bisa diakses dengan berjalan kaki atau transportasi air. Tak jarang tenaga kesehatan harus menempuh perjalanan berhari-hari hanya untuk menjangkau satu desa terpencil.

Tentu saja kondisi ini sangat melelahkan dan mengurangi minat tenaga kesehatan untuk ditempatkan di Papua Barat.

Kurangnya Insentif dan Fasilitas

Selain aksesibilitas, kurangnya insentif dan fasilitas pendukung juga menjadi penghambat. Gaji dan tunjangan untuk tenaga kesehatan di Papua Barat dirasa masih kurang memadai mengingat tingginya resiko dan tantangan yang dihadapi.

Baca Juga!  Rekomendasi Day Cream Terbaik Untuk Kulit Lebih Sehat dan Bagus

Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas juga masih sangat terbatas, apalagi di daerah terpencil. Alat-alat medis dan obat-obatan juga seringkali langka.

Tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan kinerja tenaga kesehatan.

Masalah Keamanan

Situasi keamanan yang kurang kondusif juga kerap dikeluhkan. Konflik horizontal antar suku masih sering terjadi di beberapa wilayah Papua Barat.

Ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi para tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas, terutama yang berasal dari luar Papua. Beberapa kasus kekerasan terhadap tenaga medis pernah terjadi, meski frekuensinya sudah menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Perbedaan Budaya dan Tradisi

Papua memiliki ratusan suku asli dengan budaya dan tradisi yang sangat beragam. Hal ini kadang menyulitkan tenaga kesehatan dalam beradaptasi dan melakukan pendekatan terhadap masyarakat setempat.

Misalnya saja, beberapa suku di pedalaman masih sangat percaya terhadap pengobatan tradisional dibandingkan obat-obatan modern. Mereka bahkan sering enggan dirujuk ke fasilitas kesehatan dan lebih memilih berobat ke dukun.

Diperlukan pemahaman budaya yang mendalam agar upaya kesehatan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Papua Barat.

Upaya Meningkatkan Jumlah dan Distribusi Tenaga Kesehatan

Untuk mengatasi persoalan minimnya tenaga kesehatan ini, pemerintah telah menggulirkan sejumlah program, diantaranya:

Insentif Khusus

Diberikannya insentif khusus bagi tenaga kesehatan yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil Papua dan Papua Barat.

Misalnya saja, pada tahun 2021, pemerintah mengalokasikan insentif sebesar Rp 15 juta/bulan bagi dokter spesialis, Rp 10 juta/bulan bagi dokter umum, dan Rp 7,5 juta/bulan bagi bidan yang bersedia ditempatkan di sana.

Selain insentif finansial, mereka juga berhak mendapatkan tunjangan perumahan, transportasi, dan kebutuhan hidup layak lainnya.

Peningkatan Fasilitas Kesehatan

Pemerintah terus meningkatkan kapasitas dan kualitas fasilitas kesehatan di Papua dan Papua Barat, baik itu rumah sakit, puskesmas, maupun puskesmas pembantu (pustu).

Baca Juga!  Konflik Destruktif dan Konflik Konstruktif: Pengertian dan Contohnya

Misalnya pada tahun 2022, ada 5 rumah sakit baru yang akan segera beroperasi di sana dengan fasilitas dan peralatan modern. Pembangunan juga dilakukan terhadap puluhan puskesmas dan pustu guna memperluas akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dasar.

Pendidikan dan Pelatihan Kader Lokal

Pemerintah gencar melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap kader kesehatan serta tenaga kesehatan asli Papua. Tujuannya agar mereka bisa menjadi ujung tombak layanan kesehatan dasar di desa-desa terpencil.

Hingga 2021, lebih dari 8.500 kader kesehatan masyarakat di Papua dan Papua Barat telah menjalani pelatihan penanganan gizi buruk, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, dan lainnya. Mereka kini telah tersebar di seluruh distrik.

Dengan demikian diharapkan akses terhadap layanan kesehatan dasar bisa merata hingga ke pelosok desa. Sementara tenaga kesehatan profesional seperti dokter dan perawat dapat lebih fokus ditugaskan di puskesmas dan rumah sakit.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski berbagai upaya terus dilakukan, tantangan ke depan dalam hal pemerataan tenaga kesehatan di Papua dan Papua Barat tentu masih akan sangat besar.

Diperlukan strategi jangka panjang berupa peningkatan infrastruktur dan transportasi, perbaikan sistem insentif dan tunjangan, penguatan sistem keamanan, serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

Pemerintah pusat maupun daerah perlu terus menggandeng berbagai pihak guna mengatasi persoalan ini. Harapannya, akses masyarakat Papua dan Papua Barat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dapat semakin membaik di masa mendatang.

Itulah ulasan panjang lebar mengenai mengapa jumlah tenaga kesehatan di Papua Barat sangat minim dan berbagai upaya yang tengah dilakukan untuk mengatasinya. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan kita tentang isu kesehatan di tanah Papua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *