Berita hoaks atau bohong yang beredar di media sosial bukanlah sesuatu yang baru. Berita-berita ini biasanya dibuat dengan tujuan tertentu dan disebarkan secara masif guna mempengaruhi opini publik.
Alasan Utama Pembuatan dan Penyebaran Berita Hoaks
Ada beberapa alasan utama mengapa berita hoaks sengaja dibuat dan disebarkan di media sosial, di antaranya:
Mempengaruhi Opini Publik
Salah satu tujuan utama pembuatan dan penyebaran berita hoaks adalah untuk mempengaruhi opini publik terkait isu-isu politik, sosial, ekonomi, dan lainnya. Berita hoaks sering dibuat untuk menjelekkan lawan politik, mengkritik kebijakan pemerintah, atau sekedar menyulut sentimen tertentu di masyarakat.
Sebagai contoh, menjelang Pemilu 2019 lalu, banyak beredar berita hoaks politik yang bertujuan menjatuhkan citra calon presiden tertentu. Begitu pula saat pandemi Covid-19 melanda, banyak berita hoaks tentang virus corona yang bertujuan menimbulkan kepanikan.
Mendapatkan Keuntungan Finansial
Motif lain pembuatan berita hoaks adalah untuk tujuan komersial semata. Banyak oknum tak bertanggung jawab yang sengaja membuat dan menyebarkan berita bohong agar traffic pengunjung ke situs atau akun media sosial mereka meningkat.
Peningkatan traffic ini kemudian dimonetasi melalui program periklanan seperti Google Adsense. Semakin banyak orang yang mengklik berita hoaks di situs/akun media sosial mereka, semakin banyak pula uang yang dihasilkan dari iklan.
Sensasi dan Popularitas
Sebagian orang membuat dan menyebarkan kabar bohong di media sosial semata-mata untuk tujuan sensasi dan menarik perhatian, tanpa motif politik atau finansial.
Mereka sekedar ingin konten yang mereka buat viral agar mendapatkan popularitas, peningkatan follower, atau sekadar rasa puas karena berhasil menipu banyak orang.
Analisis dari Perspektif Ilmu Komunikasi
Jika dilihat dari kacamata ilmu komunikasi, ada beberapa teori yang bisa menjelaskan fenomena maraknya berita hoaks di media sosial:
Teori Uses and Gratification
Teori uses and gratification menjelaskan bahwa pengguna media mempunyai kebutuhan dan kepuasan (gratification) tertentu yang ingin dipenuhi.
Pembuat dan penyebar berita hoaks mendapatkan kepuasan berupa sensasi, uang, atau rasa puas karena berhasil mempengaruhi opini publik. Mereka menggunakan media sosial untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Teori Agenda Setting
Agenda setting menjelaskan bahwa media massa mempunyai kemampuan menentukan topik yang dianggap penting oleh khalayak.
Dengan menyebarkan berita hoaks secara masif, pembuat berita dapat mengatur agenda publik sesuai kepentingan mereka. Misalnya, menjadikan isu politik tertentu ramai diperbincangkan.
Teori Kultivasi
Teori kultivasi menyebutkan bahwa jika seseorang terpapar pesan media secara berulang, ia akan cenderung mempercayai pesan tersebut.
Hal ini berlaku juga untuk berita hoaks. Jika masyarakat terus-menerus terpapar berita hoaks tentang topik tertentu, lama-kelamaan mereka akan mempercayai narasi hoaks tersebut.
Paradigma Kritis
Paradigma kritis memandang media massa dimanfaatkan oleh kelompok elite untuk mempertahankan kekuasaan dan kepentingan mereka.
Berita hoaks di media sosial juga sering dibuat oleh kelompok dominan tertentu guna menyerang lawan politik atau menutupi kebenaran demi kepentingan mereka.
Contoh Berita Hoaks di Media Sosial
Nah, itu tadi penjelasan secara umum mengenai motif dan analisis berita hoaks dari kacamata ilmu komunikasi.
Sekarang, saya akan jelaskan 3 contoh terkait yang lebih spesifik, yaitu:
1. Hoaks Politik di Media Sosial
Salah satu jenis berita hoaks yang paling marak di media sosial adalah hoaks politik, terutama menjelang pemilihan umum. Banyak kabar bohong tentang calon presiden atau partai politik tertentu yang bertujuan menjatuhkan lawan.
Seperti contoh di bawah ini:
Contoh Hoaks Politik
Contoh hoaks politik di media sosial yang menyebut Jokowi antek asing
Hoaks seperti ini dibuat dengan tujuan menjelek-jelekkan citra lawan politik di mata publik. Sayangnya, masih banyak warga yang mudah percaya dan menyebarkan berita bohong ini tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.
2. Hoaks Kesehatan di Tengah Pandemi Covid-19
Di tengah pandemi Covid-19 ini, banyak beredar hoaks terkait virus corona di media sosial. Mulai dari kabar bohong soal obat dan vaksin Covid, hingga teori konspirasi asal-usul virus.
Berikut contoh hoaks kesehatan terkait Covid-19 yang pernah viral:
Contoh Hoaks Kesehatan
Hoaks tentang vaksin Covid-19 yang konon bisa mengubah DNA manusia
Tujuan penyebaran hoaks seperti ini adalah untuk menimbulkan kepanikan publik dan menurunkan kepercayaan pada pemerintah. Sayangnya, berita bohong justru makin memperburuk penanganan pandemi.
3. Hoaks Penipuan di Media Sosial
Jenis hoaks lain yang marak beredar di medsos adalah hoaks penipuan, seperti kabar bohong tentang hadiah atau investasi bodong.
Berikut ini contoh hoaks penipuan di medsos beserta modus operandinya:
Hoaks Modus Ada bantuan dana Covid-19 senilai 2 juta dari pemerintah yang bisa diambil dengan klik link ini Mengarahkan korban ke situs palsu yang mencuri data pribadi Investasi bitcoin gratis tanpa modal dan tanpa resiko Membujuk korban mengirim uang untuk biaya pendaftaran yang ujungnya lenyap
Itulah 3 subtopik terkait berita hoaks di media sosial yang sering beredar. Semoga pembahasan ini bisa menambah wawasan kita tentang bahaya hoaks dan cara mengatasinya.
Jangan lupa cek artikel ini untuk mempelajari tips mendeteksi berita hoaks di media sosial. Dengan begitu, kita bisa terhindar dari tipu daya oknum tak bertanggung jawab tersebut.