Kesetaraan adalah konsep yang memiliki makna yang mendalam dalam konteks masyarakat yang beragam. Perspektif Bikhu Parekh, seorang filsuf politik terkemuka, menghadirkan gagasan bahwa kesetaraan adalah tentang kesetaraan dalam keberagaman atau kesetaraan dalam perbedaan. Artinya, manusia sebagai makhluk kultural memiliki beberapa kemampuan dan kebutuhan yang sama, tetapi perbedaan kultural setiap manusia yang ada berbeda-beda, serta bisa membentuk kemampuan dan kebutuhan baru yang berbeda pula. Kesetaraan, dalam pandangan Parekh, bukanlah berarti keseragaman perlakuan, tetapi lebih pada fokus pada interaksi antara keseragaman dan perbedaan.
Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam konsep kesetaraan menurut Bikhu Parekh, dan bagaimana konsep ini tercermin dalam realitas masyarakat, dengan mengambil contoh konkret dari masyarakat multikultural Yogyakarta. Mari kita menjelajahi pemikiran Parekh dan menggali contoh-contoh yang mengilustrasikan konsep kesetaraan yang diterapkannya.
Kesetaraan Menurut Bikhu Parekh: Kesetaraan dalam Keberagaman
Bikhu Parekh adalah seorang pemikir yang terkenal karena kontribusinya dalam bidang pluralisme dan multikulturalisme. Baginya, kesetaraan bukanlah konsep yang sederhana, melainkan merupakan penyesuaian yang rumit antara keseragaman dan perbedaan dalam masyarakat yang beragam budaya, agama, etnis, dan latar belakang lainnya. Pandangan ini sangat relevan dalam dunia yang semakin terglobalisasi, di mana beragam masyarakat hidup berdampingan.
Parekh menekankan bahwa kesetaraan sejati tidak hanya berarti memberikan perlakuan yang sama kepada semua individu, tetapi lebih kepada pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka. Dalam konteks ini, kesetaraan bukanlah upaya untuk meratakan semua perbedaan, melainkan untuk menciptakan kerangka yang adil di mana setiap individu dapat berkembang sesuai dengan latar belakang dan identitasnya. Ini mencerminkan pendekatan yang inklusif terhadap kesetaraan.
Contoh Kesetaraan: Masyarakat Multikultural Yogyakarta
Untuk lebih memahami konsep kesetaraan menurut Bikhu Parekh, mari kita perhatikan contoh konkret di masyarakat multikultural Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta, terutama kota Yogyakarta dan sekitarnya, dikenal sebagai daerah yang memiliki masyarakat yang berasal dari beragam suku bangsa, etnis, agama, dan budaya. Ini menciptakan keragaman luar biasa di dalam satu wilayah.
Keragaman Etnis dan Suku Bangsa
Salah satu contoh konkret kesetaraan dalam masyarakat Yogyakarta adalah keragaman etnis dan suku bangsa. Di sini, Anda dapat menemukan orang-orang dari berbagai suku bangsa seperti Dayak, Bali, Tionghoa, Batak, Flores, Papua, Minangkabau, dan banyak lainnya. Meskipun mayoritas suku Jawa, Yogyakarta menjadi tempat bagi berbagai suku untuk hidup berdampingan tanpa diskriminasi.
Penduduk dari beragam suku dan etnis ini tetap memiliki hak yang sama dalam masyarakat. Mereka memiliki akses yang setara terhadap layanan publik, pendidikan, dan lapangan pekerjaan. Ini mencerminkan pandangan kesetaraan menurut Parekh, di mana perbedaan etnis atau suku tidak boleh menjadi dasar diskriminasi atau perlakuan yang tidak adil.
Keragaman Budaya dan Agama
Selain keragaman etnis, Yogyakarta juga dikenal memiliki keragaman budaya dan agama yang luar biasa. Masyarakat di sini beragam dalam hal keyakinan agama, budaya, bahasa, dan tradisi. Terdapat berbagai agama yang dianut, termasuk Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya.
Meskipun keragaman budaya dan agama ini begitu mencolok, masyarakat Yogyakarta telah berhasil menciptakan lingkungan yang inklusif dan toleran. Ini tercermin dalam perayaan dan festival yang beragam, serta dalam toleransi antara umat beragama yang berbeda. Semua individu memiliki hak untuk menjalankan keyakinan agama dan tradisi budaya mereka, tanpa ada tekanan atau diskriminasi.
Keragaman Gender dan Latar Belakang Sosial
Kesetaraan juga mengacu pada kesetaraan gender dan latar belakang sosial. Masyarakat Yogyakarta mencerminkan beragam latar belakang sosial, dari yang berasal dari lapisan ekonomi bawah hingga atas. Ada juga keragaman gender di mana perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang setara dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan dan pekerjaan.
Pendekatan kesetaraan yang tercermin di Yogyakarta menciptakan lingkungan di mana individu dari berbagai latar belakang dapat hidup berdampingan dan berkontribusi pada perkembangan kota tanpa adanya hambatan berdasarkan jenis kelamin atau latar belakang sosial.
Tantangan dalam Mewujudkan Kesetaraan
Meskipun terdapat banyak contoh positif kesetaraan dalam masyarakat multikultural Yogyakarta, tantangan tetap ada. Pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan seringkali memerlukan usaha yang berkelanjutan dan pendidikan masyarakat. Beberapa tantangan yang perlu diatasi termasuk:
- Stereotip dan Prasangka: Stereotip dan prasangka terhadap kelompok-kelompok tertentu masih ada, bahkan dalam masyarakat yang beragam. Upaya pendidikan dan kesadaran perlu terus menerus dilakukan untuk mengatasi prasangka ini.
- Kesenjangan Sosial: Meskipun ada upaya untuk menciptakan kesetaraan, kesenjangan sosial masih ada di beberapa aspek kehidupan. Hal ini memerlukan tindakan konkret dalam mengurangi kesenjangan ini.
- Isu-isu Gender: Isu-isu gender masih menjadi perhatian di banyak masyarakat multikultural. Kesetaraan gender adalah aspek penting dalam kesetaraan secara umum, dan harus terus diperjuangkan.
Kesimpulan
Bikhu Parekh membawa pandangan yang mendalam tentang kesetaraan dalam keberagaman. Konsep ini mencerminkan pentingnya mengakui dan menghormati perbedaan dalam masyarakat yang beragam, seperti yang kita lihat dalam masyarakat multikultural Yogyakarta. Kesetaraan bukanlah menghilangkan perbedaan, melainkan menciptakan kerangka yang inklusif di mana setiap individu memiliki hak yang sama untuk berkembang sesuai dengan latar belakang dan identitas mereka.
Tantangan dalam mencapai kesetaraan tetap ada, tetapi melalui pendidikan, kesadaran, dan tindakan konkret, masyarakat dapat terus bergerak menuju masyarakat yang lebih inklusif dan setara. Kesetaraan dalam keberagaman bukanlah tujuan yang mudah, tetapi merupakan pondasi yang kuat untuk masyarakat yang adil dan berdampingan harmonis di dunia yang semakin beragam.