Scroll untuk baca artikel
Rupa

Hubungan Manusia dan Lingkungan di Pulau Bangka: Antara Eksploitasi dan Kerusakan

Avatar
×

Hubungan Manusia dan Lingkungan di Pulau Bangka: Antara Eksploitasi dan Kerusakan

Sebarkan artikel ini
Hubungan Manusia dan Lingkungan di Pulau Bangka

Hai teman, apa kabar? Hari ini gue mau cerita tentang hubungan manusia dan lingkungan di Pulau Bangka. Seperti yang lo tahu, Bangka terkenal dengan tambang timahnya. Sayangnya, kegiatan pertambangan ini telah menimbulkan banyak masalah lingkungan yang cukup serius.

Gue rasa kita perlu melihat hubungan manusia dan alam di Bangka dari dua sisi: manusia sebagai subjek yang mengeksploitasi alam, dan manusia sebagai objek yang justru dirugikan oleh kerusakan lingkungan. Dari situ kita bisa paham akar permasalahannya dan mencari solusi yang tepat.

Eksploitasi Alam Demi Ekonomi Jangka Pendek

Pertama, kita lihat dulu manusia Bangka sebagai subjek, yaitu pelaku utama kegiatan pertambangan. Selama ini, alam dipandang sebatas objek yang dieksploitasi demi mengejar keuntungan ekonomi jangka pendek.

Tambang timah di Bangka

Aktivitas pertambangan timah di Bangka sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, tapi baru marak sejak 1990-an. Sayangnya banyak tambang timah liar yang beroperasi tanpa izin dan tidak memperhatikan aspek lingkungan.

Akibatnya, banyak kerusakan lingkungan yang terjadi, seperti:

  • Pencemaran air – Limbah tambang yang mengandung logam berat seperti timbal dan merkuri mencemari sungai dan laut. Kadar merkuri di perairan Bangka 6-7 kali lipat ambang batas aman.
  • Pencemaran udara – Debu hasil penggalian bijih timah mencemari udara dan menyebabkan gangguan pernapasan. Kadar PM10 di udara Bangka 2-3 kali lipat baku mutu.
  • Kerusakan lahan – Lubang-lubang bekas tambang dibiarkan terbuka, mengakibatkan tanah longsor dan tidak produktif. Diperkirakan ada 700 ribu lubang tambang tak terurus di Bangka.
  • Degradasi hutan – Hutan dibabat untuk dijadikan lahan tambang. Diperkirakan hutan Bangka tinggal 30% dari luas awal.
  • Rusaknya terumbu karang – Sedimentasi akibat erosi tanah tambang merusak terumbu karang di pesisir Bangka.
Baca Juga!  Jenis Lukisan yang Dibuat dengan Teknik Tempel: Mengenal Kolase, Montase, dan Mozaik

Nah, kerusakan-kerusakan ini jelas berdampak buruk bagi alam dan lingkungan Pulau Bangka. Ini contoh nyata bagaimana eksploitasi alam yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab dapat merusak ekosistem.

Masyarakat Lokal sebagai Korban

Kedua, kita juga perlu lihat sisi lain, yaitu masyarakat Bangka sebagai objek yang justru menjadi korban dari kerusakan lingkungan akibat tambang.

Beberapa contoh dampaknya terhadap masyarakat:

  • Banjir – Lubang-lubang tambang mengakibatkan tanah longsor dan mengganggu aliran sungai, sehingga sering terjadi banjir di musim hujan.
  • Kekurangan air bersih – Pencemaran air menyebabkan air sungai tak lagi layak diminum. Masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih.
  • Hilangnya mata pencaharian – Nelayan kehilangan penghasilan akibat kerusakan terumbu karang dan pencemaran laut.
  • Ancaman kesehatan – Pencemaran udara dan air meningkatkan risiko penyakit seperti ISPA dan diare. Bayi dan anak-anak rentan terkena dampaknya.

Jadi meskipun kegiatan pertambangan memberi pemasukan bagi sebagian orang, tapi di sisi lain banyak pula masyarakat Bangka yang menderita akibat rusaknya lingkungan tempat tinggal mereka. Ini menunjukkan bahwa alam yang dieksploitasi secara berlebihan pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri.

Mengembangkan Etika Lingkungan untuk Mencapai Keseimbangan

Nah, berdasarkan dua sisi permasalahan di atas, gue rasa kuncinya adalah membangun kembali hubungan manusia dan alam di Bangka berlandaskan etika dan moralitas, bukan semata demi uang.

Menurut Suharti dkk. (2009), salah satu solusinya adalah dengan mengembangkan etika lingkungan, yaitu pandangan moral tentang bagaimana manusia harus berinteraksi dengan alam secara bijaksana.

Dengan diterapkannya etika lingkungan, diharapkan manusia bisa menyadari keterbatasan alam dan tidak lagi mengeksploitasi secara berlebihan. Mereka juga akan lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan untuk kepentingan generasi mendatang.

Baca Juga!  Silogisme Kategoris: Pemahaman tentang Premis Mayor dan Minor

Beberapa contoh implementasi etika lingkungan di Bangka:

  • Menghidupkan kembali peran dukun adat, yang dulu berfungsi menjaga keseimbangan alam dan mengelola sumber daya secara bijaksana.
  • Pendidikan lingkungan untuk menanamkan kesadaran ekologis sejak dini di sekolah dan masyarakat.
  • Peraturan pertambangan yang lebih ketat untuk mencegah praktik tambang liar dan merusak lingkungan.
  • Penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran peraturan tambang dan lingkungan hidup.
  • Restorasi lingkungan seperti penutupan lubang tambang, penanaman kembali hutan, dan pemulihan terumbu karang.
  • Studi AMDAL yang komprehensif sebelum membuka lahan tambang baru.
  • Teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi pencemaran pada proses penambangan.
  • Sertifikasi internasional seperti ISO 14001 bagi perusahaan tambang untuk mendorong pengelolaan lingkungan yang baik.

Dengan upaya-upaya ini, diharapkan manusia dan alam di Pulau Bangka bisa berinteraksi secara harmonis dan berkelanjutan. Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat perlu bekerja sama mewujudkannya.

Yuk kita jaga bumi pertiwi ini bersama. Kalau ada tambahan info atau masukan soal topik ini, langsung aja reply ke gue. Oke teman, sekian dulu artikel dari gue, semoga bermanfaat ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *